Inovasi Mahasiswa UMC di Desa Tanjungsari: Kulit Bawang Disulap Jadi Pestisida
Inovasi kreatif mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) kelompok KKM 34 di Desa Tanjungsari, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, mengubah limbah kulit bawang menjadi pestisida ramah lingkungan.

UMCPRESS.ID - Desa Tanjungsari, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu menjadi saksi hadirnya terobosan baru dalam pengolahan limbah rumah tangga. Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) kelompok 34 berhasil menciptakan pestisida alami berbahan dasar kulit bawang, yang selama ini hanya dianggap sampah tak bernilai.
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) KKM UMC 34, Dr. Abdul Basit Atamimi, M.Hum, menjelaskan bahwa program ini dirancang sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat sekaligus mendukung pertanian berkelanjutan. Menurutnya, kulit bawang yang kerap dibuang ternyata mengandung zat antibakteri dan senyawa sulfur alami yang mampu mengusir hama tanaman.
“Selama ini limbah kulit bawang menumpuk tanpa pemanfaatan, padahal jika diolah bisa menjadi solusi alternatif mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida kimia,” ungkapnya.
Ketua KKM 34, Paras Dara Lea, menuturkan ide pembuatan pestisida dari limbah kulit bawang muncul setelah berdiskusi dengan warga yang mengeluhkan tingginya biaya pembelian pestisida kimia.
Selain itu, banyak warga Tanjungsari yang sehari-hari mengonsumsi bawang merah dan bawang putih, sehingga limbah kulit bawang tersedia cukup melimpah. “Kami mencoba mengolah sampah non-organik ini menjadi sesuatu yang bermanfaat, sekaligus membantu petani memperoleh alternatif pengendalian hama yang lebih murah dan aman,” jelasnya.
Proses pembuatannya pun sederhana. Kulit bawang yang terkumpul dicuci bersih, lalu direbus dalam air hingga mendidih. Setelah itu, air rebusan didinginkan dan disaring, kemudian ditambahkan sedikit cairan perekat alami seperti sabun lerak. Cairan inilah yang kemudian disemprotkan pada tanaman sebagai pestisida nabati.
“Dengan teknik sederhana ini, masyarakat bisa membuatnya secara mandiri di rumah tanpa harus mengeluarkan biaya besar,” tambah Paras.
Manfaat dari pestisida kulit bawang ini cukup beragam. Pertama, mampu menekan pertumbuhan jamur dan bakteri penyebab penyakit tanaman. Kedua, mengusir serangga hama seperti ulat dan kutu daun. Ketiga, aman bagi tanah karena tidak meninggalkan residu kimia berbahaya. Keempat, ramah lingkungan dan mendukung program pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Kelima, mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida kimia yang berisiko merusak ekosistem.
Program yang digagas KKM UMC 34 ini mendapat sambutan hangat dari warga Tanjungsari. Beberapa petani bahkan langsung mencoba menggunakan cairan pestisida alami tersebut pada tanaman cabai dan tomat.
Hasilnya cukup menggembirakan, karena hama berkurang tanpa menimbulkan dampak negatif pada tanaman. Seorang petani, Sumarno, mengaku terbantu dengan adanya inovasi ini.
“Kalau bisa berhasil jangka panjang, tentu kami bisa hemat banyak, karena beli pestisida kimia itu mahal,” ujarnya.
Selain memberikan pelatihan praktik, mahasiswa KKM juga membagikan brosur sederhana tentang cara pembuatan pestisida kulit bawang agar masyarakat dapat melanjutkan produksi setelah mereka selesai bertugas.
Dr. Abdul Basit kembali menekankan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada kesadaran kolektif masyarakat untuk terus memanfaatkan limbah rumah tangga.
“Kami hanya memulai, yang terpenting adalah bagaimana masyarakat mau menjaga keberlanjutan program ini,” katanya.