Serunya Mahasiswa FKIP UMC Belajar Coding
Mahasiswa FKIP UMC belajar coding dengan Scratch untuk mendukung kurikulum baru. Upaya ini mendapat apresiasi dari dekan atas kontribusi dosen dalam inovasi pendidikan.

UMCPRESS.ID - “Pak, aku nggak ngerti ini gimana cara bikin karakter gerak!” celetuk seorang mahasiswa dengan nada bingung tapi antusias. Di sudut ruangan, Jajang Rahmatudin, M.Pd, dosen Program Studi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), tersenyum sambil mendekati mahasiswa tersebut.
Dengan sabar, ia menjelaskan langkah demi langkah cara menggunakan Scratch, sebuah platform coding yang dirancang untuk pemula.
Mahasiswa pun mulai akrab dengan dunia coding. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kurikulum baru yang menuntut penerapan teknologi, termasuk penguasaan dasar-dasar pemrograman.
Scratch menjadi pilihan ideal karena tampilannya yang sederhana, berbasis blok, dan sangat ramah untuk pemula.
"Ini bukan sekadar belajar coding, tapi juga belajar cara berpikir logis dan kreatif," ungkap Jajang saat ditanya mengenai pendekatan ini, Jum'at (17/01/2024).
Ia percaya bahwa mengajarkan coding kepada mahasiswa calon guru adalah investasi besar bagi masa depan pendidikan. Dengan kemampuan ini, mereka diharapkan mampu membawa perubahan dalam cara mengajar generasi mendatang.
Sementara itu, Dekan FKIP, Dr. Dewi Nurdiyanti, M.Pd, turut memberikan apresiasi atas inisiatif ini. Menurutnya, langkah Jajang dan mahasiswa FKIP adalah bentuk nyata dari adaptasi terhadap kebutuhan zaman.
"Kita sedang menghadapi era di mana teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Kalau kita tidak mulai sekarang, kapan lagi?" ujar Dewi dengan penuh semangat.
Atmosfer ruang kelas pun terasa berbeda. Alih-alih suasana monoton, kini terdengar tawa, diskusi seru, hingga sorakan kecil setiap kali mahasiswa berhasil menyelesaikan tugas coding mereka. Bahkan, mahasiswa yang awalnya takut dengan istilah "koding" mulai merasa percaya diri.
"Awalnya aku pikir coding itu susah banget, tapi ternyata Scratch bikin semuanya lebih mudah. Sekarang malah jadi seru!" kata salah satu mahasiswa yang baru saja menyelesaikan proyek animasi pertamanya.
Semangat ini tak hanya berhenti di ruang kelas. Banyak mahasiswa yang mulai mencoba proyek coding kecil di luar jam belajar. Ada yang membuat game sederhana, animasi edukasi, hingga simulasi eksperimen sains. Hasilnya, mereka tidak hanya belajar coding, tapi juga cara menyampaikan ide-ide kreatif melalui teknologi.
Jajang percaya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Ia berharap, ke depannya, para mahasiswa ini bisa menjadi agen perubahan di dunia pendidikan. "Bayangkan jika setiap guru di Indonesia bisa mengajarkan coding kepada murid-muridnya. Generasi mendatang pasti akan jauh lebih siap menghadapi tantangan global," tambahnya dengan penuh keyakinan.
Bagi FKIP UMC, ini bukan sekadar program belajar coding, tapi juga simbol transformasi pendidikan. Dengan memadukan teknologi dan kreativitas, mereka menunjukkan bahwa inovasi bisa dimulai dari mana saja, termasuk dari ruang kelas kecil di Cirebon.