Wahyu Erfandy, Dosen Prodi IKOR UMC: Gelar Doktor ini Buat Kedua Orang Tua

Perjuangan panjang seorang anak muda yang berasal dari keluarga sederhana akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa. Dr. Wahyu Erfandy, S.Or., M.Pd., dosen Program Studi Ilmu Keolahragaan (IKOR) Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), meraih gelar doktor setelah melalui perjalanan hidup yang penuh tantangan. Di tengah keterbatasan ekonomi, kedua orang tuanya selalu berusaha memberi kesempatan terbaik untuk pendidikan anaknya. Sembari berulutut mencium kaki kedua orang tuanya, Wahyu menyampaikan "duhai kedua orang tua tersayang, gelar doktor ini ku persembahkan untuk kalian"

Wahyu Erfandy, Dosen Prodi IKOR UMC: Gelar Doktor ini Buat Kedua Orang Tua

UMCPRESS.ID - Dr. Wahyu Erfandy, S.Or., M.Pd., dosen Program Studi Ilmu Keolahragaan (IKOR) Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), mencatatkan prestasi luar biasa dengan meraih gelar doktor di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dengan nilai sempurna, IPK 3,99 dan predikat cumlaude, Wahyu berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Model Latihan Kebugaran Jasmani Berbasis Senam SEGAR (Sehat, Bugar, Mabrur) untuk Calon Jamaah Haji Pralansia.

Prodi IKOR UMC pun akhirnya melahirkan gelar Doktor kedua, menjadi bukti ketekunan, semangat, dan kerja keras yang tak kenal lelah. Setiap lembar penelitian yang dituliskan, setiap pemikiran yang didedikasikan, menjadi jejak abadi bagi generasi penerus yang akan melangkah di jalan yang sama—jalan ilmu yang menjulang tinggi, mengukir prestasi, dan menginspirasi.

Keberhasilan ini adalah cahaya bagi Prodi IKOR UMC, menerangi masa depan dengan harapan dan kebanggaan yang semakin membuncah. Ia bukan hanya sekadar satu nama dengan gelar tertinggi, tetapi simbol bahwa ilmu keolahragaan di kampus ini mampu melahirkan pemikir besar, inovator, dan pelopor perubahan.

Sidang promosi doktor yang digelar di UNJ ini dihadiri Prof. Dr. Nofi Marlina Siregar, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan UNJ, serta Prof. Dr. Widiastuti, M.Pd. yang menjabat sebagai Koordinator Program Studi S3 Pendidikan Jasmani.

Tim promotor yang turut menguji disertasi Wahyu terdiri dari Prof. Dr. dr. Junaidi, Sp.KO., Subsp. ALK (K) sebagai Promotor, Prof. Dr. Johansyah Lubis, M.Pd. sebagai Co-Promotor, serta Prof. Dr. Firmansyah Dlis, M.Pd. dan Prof. Dr. Ilham Kamaruddin, M.Pd. sebagai penguji eksternal.

Dalam sambutannya, Wahyu tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Ia mengungkapkan apresiasi mendalam kepada Rektor UMC, Arif Nurudin, M.T., Wakil Rektor II, Dr. Badawi, Wakil Rektor III Dr. Wiwi Hartati dan Dekan FIKES UMC, Uus Husni Mahmud, S.Kp, yang rela menempuh perjalanan jauh dari Cirebon untuk hadir di momen bersejarah ini. 

"Di tengah kesibukan ujian akhir semester, mereka tetap meluangkan waktu. Ini sebuah kehormatan besar bagi saya," ungkap Putra dari  Muslimin Tamba dan Jumastini Tarima. 

Tidak hanya itu, Wahyu menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung perjalanan akademiknya. Dari kalangan akademisi hingga pejabat tinggi, dukungan terus mengalir.

Hadir dalam acara tersebut antara lain Prof. Dr. Mansyur Achmad, KM., M.Si., yang juga menjabat sebagai Sekjen PB PORDI, Dr. Alman Hudri, M.Pd. dari KONI Pusat, serta Kombespol Faizal, S.I.K., M.H., Ketua IKA SMANCA Kabupaten Soppeng.

Kehadiran mereka memberikan dorongan moral bagi Wahyu untuk terus berkontribusi dalam dunia pendidikan dan olahraga.

Dalam pidatonya, Ayah dari Muhammad Irfan Pacakkari & Iswatul Patappar ini juga tak lupa mengenang perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan. Ia membawa hadirin kembali ke masa kecilnya dengan kisah pohon enau—tanaman yang menjadi saksi bisu perjuangan ayahnya sebagai petani nira. 

Ia bercerita tentang perjalanan tiga kilometer ke kebun enau, di mana sang ayah selalu menyelipkan pesan kehidupan yang menjadi pijakan moralnya hingga kini.

Empat pesan berharga dari ayahnya yang selalu terpatri dalam benaknya adalah "cukup saya"—cukup ayahnya yang harus merasakan kesulitan hidup, cukup ayahnya yang tidak bersekolah, cukup hidup dengan kejujuran, dan cukup makan dengan secukupnya agar anak-anaknya bisa bertumbuh dan berjuang lebih baik. 

"Ayah, hari ini saya berdiri di podium ini bukan hanya sebagai diri saya sendiri, tetapi juga sebagai perwujudan dari doa dan pengorbananmu," ucap Wakil Direktur Edukasi Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) 2020-2022.

Kakak dari Selvi Elviana, S.Pd., Gr ini juga tak kuasa menahan air mata mengenang perjuangan kedua orang tuanya yang menghendaki agar anak-anak mereka untuk meraih Pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi, tanpa memperdulikan kondisi ekonomi mereka.

" Saya ingat betul kata ayah saya bahwa kejujuran akan membawamu bertemu dengan orang - orang baik dalam didupmu" jelasnya.

Di samping itu, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada istrinya, Israh Pratiwi, M.Psi., Psikolog, yang selalu setia mendukungnya. 

"Seperti janjiku, badai pasti berlalu. Hari ini, dunia milik kita berdua," katanya dengan senyum penuh kebanggaan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada anak-anaknya, yang menjadi sumber semangat tanpa batas, serta keluarga besarnya yang selalu memberikan doa dan dukungan.

Tak ketinggalan, Presenter terbaik Institute For Educational Research And Publication (IFERP) di Tokyo Jepang ini pun memberikan apresiasi kepada rekan-rekan seperjuangannya dari S3 Pendidikan Jasmani angkatan 2021, mahasiswa pascasarjana UNJ asal Sulawesi Selatan, dan sahabat-sahabatnya yang ia sebut sebagai Tim Power Rangers. 

"Persahabatan ini harus abadi," ucapnya, menutup pidato penuh makna yang membangkitkan semangat dan inspirasi bagi banyak orang.

Doktor asal Soppeng Makasar ini berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam dunia keolahragaan dan kesehatan, khususnya dalam meningkatkan kebugaran calon jamaah haji pralansia. Model latihan berbasis senam SEGAR yang ia gagas diharapkan dapat menjadi solusi nyata bagi para calon jamaah agar tetap bugar dan sehat dalam menunaikan ibadah haji.

Keberhasilan ini bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi juga refleksi dari perjalanan hidup, kerja keras, dan dukungan tanpa batas dari keluarga, sahabat, serta para mentor yang telah menuntunnya hingga titik ini.

Wahyu Erfandy telah membuktikan bahwa pendidikan mampu mengubah takdir, dan semangat pantang menyerah adalah kunci menuju keberhasilan.