FGD Strategis Bahas Sinergi Santri-Militer
FGD BRIN dan UMC menggagas sinergi santri-militer dalam penguatan sistem pertahanan rakyat semesta berbasis media baru, hasilkan model komunikasi strategis berbasis riset nasional.

UMCPRESS.ID - Forum diskusi bertajuk Focus Group Discussion (FGD) menjadi wadah strategis dalam merumuskan model komunikasi antara dua entitas besar bangsa: militer dan santri. Bertempat di Ruang Rapat Iptek lantai 3 Gedung B.J. Habibie, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama dosen Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) menggagas FGD sebagai bagian dari penelitian hibah Pendidikan Tinggi bertema “Model Komunikasi Strategis antara Militer dan Santri dalam Penguatan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) melalui Media Baru.”
Dipimpin langsung oleh Dr. Nurul Chamidah, S.Sos.I., M.I.Kom sebagai Ketua Tim Peneliti dari UMC, kegiatan ini turut melibatkan akademisi dari UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Universitas Trunojoyo Madura, Universitas Pertahanan RI, serta BRIN sendiri. Acara resmi dibuka oleh Direktur Kebijakan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan BRIN, Dr. Ir. Dudi Hidayat, dan dihadiri oleh Rektor UMC, Arif Nurudin MT.
FGD ini menghadirkan sejumlah narasumber strategis dari unsur militer dan pesantren. Dari pihak militer, hadir perwakilan dari Staf Teritorial (STER) Panglima TNI, Badan Intelijen Strategis (BAIS) Mabes TNI, serta Direktorat Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI. Dari kalangan pesantren, tampil Lembaga Pengembangan Pesantren (LPP) PP Muhammadiyah dan Rabithah Ma’had Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama.
Menurut Dr. Nurul, komunikasi antara militer dan santri selama ini cenderung terbatas pada relasi informal yang tergantung pada jaringan personal, seperti koordinasi antara Babinsa dan kyai lokal.
“Kita memerlukan desain komunikasi strategis yang terstruktur dan berkelanjutan. Pesantren dan militer harus dipersatukan dalam satu kerangka kerja nasional yang berbasis nilai, bukan sekadar kedekatan personal,” tegasnya.
Situasi geopolitik global yang makin memanas mendorong urgensi penguatan Sishankamrata sebagai sistem pertahanan berbasis rakyat semesta. Dalam konteks ini, santri dan pesantren memiliki potensi besar menjadi bagian dari sistem keamanan nasional—bukan hanya melalui pendekatan keagamaan, tetapi juga melalui literasi media dan komunikasi digital.
“Peta pertahanan dunia kini bukan hanya soal alutsista, tapi juga narasi, persepsi, dan kontrol informasi. Di sinilah santri berperan, terlebih di era media baru. Ini bukan soal senjata, tapi soal bagaimana bangsa ini punya ketahanan di level wacana,” ujar Dr. Nurul.
Penelitian ini menggagas pemanfaatan media sosial, platform digital, dan konten-konten kebangsaan sebagai alat komunikasi strategis antara pesantren dan lembaga pertahanan. Dengan pendekatan tersebut, santri tak hanya menjadi agen moral, tetapi juga agen bela negara.
Suasana diskusi berjalan dinamis. Seluruh narasumber menyambut baik ide integrasi komunikasi strategis ini, dengan harapan agar model yang dihasilkan dapat diadopsi secara nasional. Apalagi, selama ini keterlibatan pesantren dalam sistem pertahanan negara lebih bersifat kultural, bukan struktural.
“Harapannya, FGD ini bukan sekadar seremoni, tapi melahirkan output konkret berupa panduan kebijakan dan rancangan program komunikasi strategis nasional yang menghubungkan pesantren dan militer,” kata salah satu perwakilan dari Direktorat Potensi Pertahanan Kemenhan.
Sebagai bagian dari hibah fundamental Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi 2025, kegiatan ini menjadi langkah penting untuk menjembatani pemikiran strategis antara dunia akademik, keagamaan, dan pertahanan negara. Penelitian lanjutan akan dilakukan melalui observasi dan wawancara di sejumlah pesantren serta komando teritorial TNI.