UMC Jadi Sorotan di Komunitas Muslim Korea Selatan! Ada Apa?

Webinar Rumaisa Korea bahas keseharian dalam perspektif Islam, hadirkan akademisi Muhammadiyah. Nilai kecil dalam hidup bisa bernilai ibadah bila diniatkan ikhlas.

UMC Jadi Sorotan di Komunitas Muslim Korea Selatan! Ada Apa?

UMCPRESS.ID - Dalam menjalani kehidupan modern yang serba cepat, sering kali manusia lupa bahwa keseharian tidak hanya sekadar rutinitas, tetapi juga sebuah ibadah. Hal inilah yang menjadi benang merah dalam Webinar Kolaboratif bertajuk “Keseharian Hidup dalam Perspektif Islam” yang digelar pada Jumat, 5 September 2025 pukul 20.30 Waktu Korea Selatan atau 18.30 WIB melalui platform Zoom.

Acara ini diinisiasi oleh Rumaisa Korea bersama sejumlah perguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia, menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang akademik dan praktisi dakwah.

Webinar ini menghadirkan empat narasumber yang kompeten di bidangnya, yaitu Nurmalia Lusida, S.KM., M.KM. (Koordinator Bidang Pengabdian Masyarakat LPPM UM Jakarta), Tania Avianda Gusman, Ph.D. (Ketua LPPM UM Cirebon), Yuti Yuniarti, M.Pd. (Divisi Pengabdian & Pengembangan LPPM UM Bandung), serta Arin Setyowati, S.HI., M.A. (Ketua LPPM UM Surabaya).

Empat tokoh itu datang dengan tekad bersama untuk menghidupkan nilai-nilai Islam dalam keseharian, dari perkara sederhana seperti tutur kata hingga kepedulian terhadap tanggung jawab sosial.

Nurmalia Lusida dalam pemaparannya menekankan pentingnya pengabdian masyarakat sebagai bagian dari implementasi ajaran Islam dalam keseharian.

Menurutnya, setiap amal yang dilakukan, sekecil apa pun, dapat bernilai ibadah apabila diniatkan dengan ikhlas. Ia mencontohkan bagaimana mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi dapat menjadikan aktivitas pengabdian sebagai wujud nyata dakwah bil hal, yakni berdakwah dengan perbuatan.

Sementara itu, Tania Avianda Gusman, Ph.D., menyoroti aspek keseimbangan antara aktivitas duniawi dan ukhrawi. Ia menegaskan bahwa Islam tidak pernah memisahkan urusan dunia dan akhirat.

Bekerja, belajar, maupun membina keluarga merupakan ladang ibadah apabila dilandasi niat yang benar. Tania juga mengingatkan bahwa di tengah dinamika kehidupan modern, umat Islam perlu menjaga integritas diri agar tidak terbawa arus hedonisme yang mengikis nilai spiritual.

Yuti Yuniarti, M.Pd., mengajak peserta webinar untuk melihat keseharian sebagai ruang pendidikan karakter. Menurutnya, pengabdian masyarakat bukan sekadar proyek kampus, melainkan juga sarana membangun empati dan solidaritas. Ia menekankan bahwa Islam mengajarkan kesalehan individual sekaligus kesalehan sosial.

Dengan begitu, seorang muslim sejati tidak hanya taat dalam ibadah ritual, tetapi juga peka terhadap kebutuhan orang lain.

Arin Setyowati, S.HI., M.A., menambahkan perspektif hukum Islam dalam keseharian. Ia menyoroti pentingnya memahami syariat secara kontekstual agar umat Islam tidak terjebak pada formalitas belaka.

Menurut Arin, nilai-nilai Islam sesungguhnya fleksibel dan solutif terhadap berbagai tantangan hidup. Ia menekankan bahwa tujuan utama syariat adalah mewujudkan kemaslahatan, baik bagi individu maupun masyarakat.

Antusiasme peserta terlihat dari interaksi aktif dalam sesi tanya jawab. Banyak yang mengajukan pertanyaan terkait bagaimana menghadapi dilema moral di tengah budaya global yang semakin terbuka. Para narasumber kompak memberikan jawaban bahwa Islam selalu memberikan panduan yang relevan sepanjang zaman.

Kuncinya adalah memahami ajaran agama secara mendalam, kemudian mengaplikasikannya dalam setiap langkah kehidupan.

Webinar kolaboratif ini menjadi bukti bahwa dakwah Islam bisa dilakukan dengan pendekatan akademis sekaligus praktis. Kehidupan sehari-hari yang kerap dianggap remeh, sesungguhnya menyimpan potensi besar untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa.

niat yang lurus dan pemahaman yang benar, aktivitas sekecil apa pun dapat menjadi amal saleh yang bernilai di hadapan Allah.

Acara yang diinisiasi Rumaisa Korea ini juga menjadi ruang penguatan kolaborasi antarperguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia dengan komunitas muslim di luar negeri.

Harapannya, kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut untuk memperkuat pemahaman Islam yang rahmatan lil ‘alamin, relevan dengan kebutuhan masyarakat modern, dan membumi dalam keseharian.