Soft Diplomacy Nanas FKIP UMC di Malaysia
FKIP UMC mengubah serat nanas dari limbah menjadi inovasi bernilai tinggi melalui program pengabdian di UUM, memperkuat reputasi akademik dan mendorong riset berkelanjutan ke level internasional.

UMCPRESS.ID - Siapa sangka, serat nanas yang sering dianggap limbah bisa menjadi komoditas bernilai tinggi? Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Cirebon (FKIP UMC) membuktikan hal ini dalam program pengabdian masyarakat di Universiti Utara Malaysia (UUM) pada Rabu (13/02).
Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMC, Dr. Dewi Nurdianti mengapresiasi tim dosen seperti seperti Sumliyah, Widia Nur Jannah, Rinto, dan Fikriyah, yang aktif berbagi pengalaman dan wawasan kepada para petani binaan UUM.
Menurutnya, program ini bukan sekadar berbagi ilmu, tetapi juga bagian dari strategi soft diplomacy keunggulan di FKIP UMC.
"Pengabdian masyarakat adalah jembatan penting yang menghubungkan institusi akademik lintas negara dalam berbagi wawasan dan kolaborasi. Dengan membawa riset tentang serat nanas ke Malaysia, FKIP UMC tidak hanya memperkenalkan inovasi, tetapi juga membangun jejaring akademik yang lebih luas," ujar Dewi.
Melalui kegiatan ini, FKIP UMC memperkenalkan riset dan inovasi ke kancah internasional, sekaligus menjadi langkah strategis dalam benchmarking penelitian dan akreditasi internasional. Ini adalah ikhtiar FKIP UMC untuk meraih predikat unggul di seluruh prodi yang ada.
Lebih dari sekadar pengenalan riset, program ini juga menegaskan peran akademisi dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan cara yang lebih berkelanjutan. Serat nanas, yang selama ini hanya menjadi limbah, ternyata memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk bernilai jual tinggi, seperti tekstil ramah lingkungan, kertas berkualitas tinggi, hingga bahan dasar bioplastik.
Penelitian dan inovasi semacam ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kehadiran FKIP UMC di UUM menjadi langkah nyata dalam membangun reputasi akademik di tingkat internasional.
Dengan inovasi serat nanas sebagai salah satu contoh konkrit, mereka berhasil menunjukkan bahwa riset yang dilakukan di kampus tidak hanya sebatas teori, tetapi juga memiliki dampak nyata bagi masyarakat luas.
Dr. Dewi juga menuturkan, pihaknya terbang hingga ke Malaysia karena targetnya untuk meraih predikat unggul di seluruh prodi FKIP.
Perlu diketahui, baru dua Prodi di FKIP yang meraih predikat unggul: Prodi Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PG-PAUD)
Maka dari itu, Ini menjadi bukti bahwa FKIP UMC memiliki kualitas akademik yang dapat bersaing di level internasional. Langkah ini juga membuka peluang bagi prodi lain untuk mengikuti jejak mereka dalam meraih akreditasi unggul.
Optimisme Dr. Dewi untuk membawa seluruh program studi FKIP UMC meraih predikat unggul bukanlah angan-angan belaka. Dengan strategi yang tepat, kolaborasi global, dan penelitian yang aplikatif, visi tersebut semakin dekat dengan kenyataan. FKIP UMC telah membuktikan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya tentang pengajaran, tetapi juga tentang memberikan solusi nyata bagi dunia.