Persahabatan Lintas Negara Tumbuh di UMC

Closing ceremony short course internasional UMC dipenuhi air mata haru. Mahasiswa dari berbagai negara terkesan pada keramahan masyarakat Cirebon, meninggalkan kenangan mendalam dan persahabatan lintas budaya

Persahabatan Lintas Negara Tumbuh di UMC

UMCPRESS.ID - Tak terasa, dua minggu penuh pengalaman lintas budaya itu akhirnya sampai di penghujungnya. Closing ceremony program short course internasional bertajuk “From Beans to Waves: A Journey Through Cirebon’s Coffee, Kingdom Heritage, and Northern Java’s Seafood” di Meeting Room CH UMC, jum'at 28 Agustus 2025 itu pun menghadirkan momen penuh makna. Mahasiswa dari berbagai negara seperti india, rusia, malaysia, kamboja, thailand, sudan dan bangladesh yang mengikuti program ini larut dalam suasana perpisahan yang begitu emosional.

Rektor UMC, Arif Nurudin, dalam sambutannya mengungkapkan rasa bangga sekaligus haru melihat transformasi para peserta. “Cirebon bukan hanya dikenal dengan kopi, warisan keraton, atau seafood-nya, tetapi juga keramahan warganya. Kami berharap pengalaman ini menjadi jembatan persahabatan antarbangsa,” tuturnya penuh kehangatan.

Senada dengan itu, Ketua Kantor Urusan Internasional, Azka Maulana, menambahkan bahwa program ini tidak sekadar belajar di ruang kelas, melainkan juga mengenal kehidupan masyarakat secara langsung.

“Kami ingin para mahasiswa merasakan Cirebon dengan hati, bukan sekadar destinasi wisata. Melihat air mata dan senyum kalian hari ini adalah bukti ikatan yang terbentuk begitu kuat,” ucapnya.

Kesaksian para mahasiswa menambah kehangatan momen tersebut. Nur Damisha Husna, mahasiswa asal Universiti Utara Malaysia, tak kuasa menahan air mata saat menceritakan pengalamannya di Desa Gunung Manik dan Cikondang.

“Ramah tamah masyarakatnya meninggalkan kesan mendalam. Saya tak pernah merasakan sambutan seperti ini sebelumnya. Rasanya berat untuk pergi,” ujarnya.

Dari Kamboja, Tanakon Pradubmuk membagikan perubahan besar dalam dirinya. Awalnya ia mengaku tertutup, namun setelah melewati program ini, ia belajar untuk lebih terbuka.

“Saya memahami betapa pentingnya cross cultural understanding. UMC memberi saya ruang untuk belajar keberagaman yang sebelumnya tidak pernah saya alami,” katanya penuh rasa syukur.

Suasana semakin emosional ketika Alex, mahasiswa asal Rusia, menyampaikan testimoninya. Ia mengaku takjub dengan keramahan masyarakat Indonesia. Dengan sedikit tersenyum, ia menambahkan bahwa banyak orang Indonesia ternyata mengagumi negaranya.

“Itu membuat saya merasa diterima. Cirebon akan selalu saya ingat sebagai rumah kedua,” katanya.

Pengalaman tak kalah berkesan datang dari Hasan, mahasiswa asal India, yang begitu antusias menceritakan kuliner khas Cirebon.

“Nasi Jamblang adalah sesuatu yang unik dan tak terlupakan. Saya akan selalu merindukan rasanya,” ujarnya sambil tertawa kecil, memecah suasana haru menjadi senyum bersama.

Closing ceremony itu bukan sekadar penutup acara, melainkan simbol persahabatan lintas bangsa. Tangis dan tawa berbaur, meninggalkan jejak yang tak mudah terhapus.

Bagi UMC, program ini menjadi bukti bahwa pendidikan internasional bukan hanya soal akademik, tetapi juga tentang merangkai rasa, budaya, dan persaudaraan.

Di akhir acara, seluruh mahasiswa saling berpelukan, menyanyikan lagu perpisahan, dan berjanji untuk kembali suatu hari nanti.

Cirebon, dengan segala kekayaan budayanya, telah menjadi bagian dari hati mereka. Bukan hanya tentang kopi, keraton, atau laut, tetapi tentang kehangatan manusia yang membuat dunia terasa lebih dekat.