UMKM Naik Kelas, Dr. Badawi Bongkar Jurus Rahasia
Dr. Badawi, SE., M.Si, Wakil Rektor I UMC, mengungkap strategi tersembunyi yang disebutnya “jurus rahasia” agar UMK bisa melesat naik kelas. Ia menjanjikan pendekatan inovatif yang mampu mendobrak kebuntuan bisnis kecil dan membuka peluang besar. Apa langkah mengejutkan yang dimaksud?

UMCPRESS.ID - UMKM yang sehat bukan sekadar punya modal cukup, melainkan juga mampu menembus pasar dengan strategi pemasaran yang tepat. Pesan itu ditegaskan Wakil Rektor I UMC, Dr. Badawi, SE., M.Si, dalam Seminar Nasional “Pemberdayaan UMKM Naik Kelas dan Berdaya Saing”, Sabtu (14/9).
“Permodalan itu fondasi, pemasaran adalah sayap pertumbuhan. Keduanya harus berjalan beriringan,” ujar Badawi yang juga pakar manajemen bisnis.
Ia mengingatkan, banyak pelaku UMKM hanya fokus mencari pinjaman, tetapi lupa mengalokasikan dana untuk promosi dan branding.
Menurutnya, permodalan tetap penting karena menjadi bahan bakar utama usaha. Modal menentukan kapasitas produksi dan keberlangsungan operasional. Namun, dana yang didapat harus diarahkan pada aktivitas yang meningkatkan nilai produk.
“Modal tambahan sebaiknya dipakai untuk desain kemasan, iklan digital, atau peningkatan kualitas produk agar sesuai tren pasar,” jelasnya.
Dalam paparannya, Badawi menguraikan strategi konkret bagi UMKM agar naik kelas. Pertama, membuat perencanaan keuangan yang rapi, memisahkan uang usaha dan pribadi, serta mengoptimalkan modal kerja. Kedua, memanfaatkan sumber modal eksternal bank, koperasi, fintech, investor dengan bijak, hanya untuk kegiatan produktif.
Ia juga menyoroti pemasaran sebagai tantangan terbesar. “Produk bagus tanpa promosi akan tertinggal. Branding, kemasan, dan cerita di balik produk wajib diperkuat agar menarik perhatian konsumen,” katanya.
Badawi mendorong UMKM memanfaatkan media sosial, marketplace, dan e-commerce mandiri, bahkan bekerja sama dengan influencer untuk memperluas jangkauan.
Selain digital, pemasaran konvensional seperti pameran, bazar, atau titip jual di ritel modern tetap relevan. Strategi harga juga harus mencerminkan nilai tambah, bukan sekadar biaya produksi.
“Kalau kemasan menarik dan ada sertifikasi halal atau BPOM, konsumen akan lebih percaya, dan harga premium bukan masalah,” imbuhnya.
Badawi mencontohkan keberhasilan UMKM Cireng Raya di Cirebon. Bermodal tabungan pribadi lalu memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), usaha ini bertransformasi dari skala lokal menjadi pemain di marketplace dan Instagram.
“Hasilnya omzet naik tiga kali lipat dalam dua tahun, bahkan ekspansi ke luar kota,” tutur Badawi.
Ia mengapresiasi dukungan pemerintah melalui akses KUR, pelatihan, dan digitalisasi. Namun, ia mengingatkan pelaku usaha untuk tak bergantung pada program saja. “Pemerintah memberi peluang, tapi daya tahan usaha ditentukan oleh inovasi dan manajemen yang disiplin,” tegasnya.
Seminar yang digelar di aula kampus UMC itu dihadiri ratusan pelaku UMKM, akademisi, dan mahasiswa. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan seputar strategi harga, distribusi, hingga cara masuk ke pasar ekspor.
Di akhir sesi, Badawi mengajak pelaku UMKM untuk berani mencoba hal baru.
“Bangun cerita produk yang menyentuh, gunakan teknologi pemasaran, dan kelola modal secara cerdas. Dengan begitu, UMKM Indonesia bisa bersaing dan berkelanjutan,” pungkasnya.