Pendidikan Bermutu untuk Semua, Kini Lebih Nyata
Kemendikdasmen luncurkan terobosan pendidikan melalui redistribusi guru, reformasi SPMB, hingga kurikulum AI untuk menjawab ketimpangan akses dan menyongsong Indonesia Emas 2045.

UMCPRESS.ID - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengambil langkah progresif untuk merevolusi wajah pendidikan Indonesia. Berlandaskan mandat konstitusi dan semangat Asta Cita, kebijakan terbaru yang diumumkan menyasar perbaikan kualitas, akses, dan pemerataan pendidikan di seluruh pelosok negeri.
Demikian disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamen Dikdasmen), Dr. Fajar Riza Ul Haq pada Kuliah Umum Universitas Muhammadiyah Cirebon dengan tema "Pendidikan untuk Semesta Menyongsong Indonesia Emas 2045", di Convention Hall UMC, Sabtu, (17/05).
"Dengan lebih dari 30% populasi Indonesia berada pada usia pendidikan dasar hingga menengah, Kemendikdasmen di bawah nakhoda Menteri Abdul Mu'ti menempatkan kualitas pendidikan sebagai fondasi utama menuju Indonesia Emas 2045," ujar Fajar kepada 1.500 peserta kuliah umum yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan guru-guru se-Kabupaten dan Kota Cirebon.
Menurut Fajar, tantangan besar masih mengadang, seperti ketimpangan angka partisipasi sekolah di beberapa daerah, sarana dan prasarana sekolah dasar yang belum layak, hingga capaian belajar murid yang masih di bawah standar internasional seperti PISA.
Menjawab tantangan ini, Fajar memaparkan beberapa terobosan dilakukan. Pertama, redistribusi guru ASN ke sekolah swasta menjadi solusi atas ketimpangan penyebaran tenaga pendidik. Lewat Permendikdasmen No. 1/2025, guru-guru ASN yang sebelumnya menumpuk di sekolah negeri akan didistribusikan ke sekolah swasta yang kekurangan. Kebijakan ini menjadi bentuk konkret dari prinsip pemerataan pendidikan.
Kedua, transformasi sistem pengelolaan kinerja guru, kepala sekolah, dan pengawas kini dibuat lebih efisien dan terintegrasi melalui platform Ruang GTK yang terkoneksi dengan e-Kinerja BKN. Langkah ini diyakini dapat mempercepat perbaikan mutu layanan pendidikan.
Selain itu, sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) turut direformasi untuk menjamin keadilan dan keberpihakan pada kelompok rentan. Empat jalur seleksi, domisili, afirmasi, prestasi, dan mutasi, diatur ulang agar lebih proporsional dan inklusif. Jalur afirmasi bagi siswa dari keluarga tidak mampu dan penyandang disabilitas diberi porsi minimal khusus agar tidak tertinggal dari akses pendidikan berkualitas.
"Untuk menyemai karakter unggul sejak dini, Kemendikdasmen memperkenalkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang wajib diterapkan di sekolah-sekolah. Anak diajak berdoa, menyanyikan lagu kebangsaan, dan bersikap disiplin sebagai bekal karakter masa depan," ucapnya.
Tak hanya itu, kata Fajar, dalam menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 dan era kecerdasan artifisial, kurikulum pendidikan akan mulai mengenalkan mata pelajaran koding dan AI sejak SD hingga SMA. Langkah ini bertujuan meningkatkan literasi digital, kemampuan berpikir komputasional, dan kesiapan menghadapi disrupsi teknologi.
Sebagai bagian dari evaluasi berkelanjutan, Kemendikdasmen mengembangkan sistem asesmen nasional dan tes akademik di kelas akhir jenjang pendidikan sebagai alat diagnosis dan dasar peningkatan mutu.
Kemendikdasmen juga mengingatkan bahwa transformasi pendidikan tak bisa berjalan tanpa peran aktif pemerintah daerah. Dengan lebih dari 48% dana pendidikan dialokasikan ke daerah, pemda diharapkan aktif memetakan kebutuhan lokal, mendukung komunitas belajar, serta menjalankan sistem pemantauan lewat Rapor Pendidikan.
Untuk itu, Fajar berpesan agar sinergi lintas sektor, mulai dari pemerintah pusat, pemda, masyarakat, hingga dunia usaha dapat mewujudkan cita-cita besar.
"Kita berupaya menghadirkan pendidikan bermutu untuk semua. Langkah ini bukan hanya reformasi kebijakan, melainkan investasi masa depan bangsa," pungkasnya.