Selain MoA, FAI UMC Juga Gelar Terapi SEFT di Lapas II B Ciamis

FAI UMC dan Lapas II B Ciamis jalin kerja sama historis lewat MoA yang langsung diwujudkan dalam terapi SEFT bagi warga binaan, membuka babak baru pembinaan spiritual dan akademik.

Selain MoA, FAI UMC Juga Gelar Terapi SEFT di Lapas  II B Ciamis

UMCPRESS.ID - Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) resmi menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Ciamis pada Selasa, 24 Juni 2025.

Bertempat di Lapas bersejarah yang berdiri sejak era Hindia Belanda, penandatanganan ini menjadi langkah strategis dalam memadukan nilai akademik, spiritualitas, dan kemanusiaan.

Kepala Lapas Ciamis, Supriyanto, A.Md.IP., S.H., M.M., menyambut hangat kolaborasi ini. Dalam sambutannya, ia menyebut bahwa kerja sama ini merupakan tonggak baru yang selaras dengan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi.

"Kami yakin kerja sama ini akan membawa manfaat nyata, baik untuk penguatan kelembagaan maupun pembinaan warga binaan," ujarnya.

Namun, keistimewaan MoA ini tak berhenti di meja penandatanganan. Sebagai implementasi awal, FAI UMC langsung menggelar seminar dan praktik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang melibatkan 39 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Dipandu oleh dua pakar psikoterapi, Dr. Subhan, M.Pd. dan Dr. Sri Maryati, M.A., para peserta mengikuti terapi dengan penuh antusias dan merasakan langsung dampaknya.

“SEFT ini menjadi bentuk ikhtiar lahir dan batin untuk memperbaiki diri. Kami ingin mereka punya alat bantu untuk menenangkan jiwa, baik untuk diri sendiri maupun sesama,” terang Supriyanto yang juga ikut dalam praktik tersebut.

Raut wajah para WBP mencerminkan ketenangan yang menyentuh hati. Momen ini semakin kuat maknanya karena merupakan pertama kalinya terapi semacam ini dilakukan di Lapas Ciamis.

“Biasanya kegiatan spiritual hanya berupa pengajian dan shalat berjamaah. Ini benar-benar pengalaman baru,” ungkap IPAN, S.H., Kepala Subsi Registrasi.

Ia pun mengaku terkesan dan membuka pintu untuk kolaborasi lanjutan dengan Prodi Tasawuf dan Psikoterapi UMC.

Sementara itu, Dekan FAI UMC, Dr. Aip Syarifudin, menyatakan komitmennya untuk menjadikan kerja sama ini sebagai platform pembelajaran aktif bagi mahasiswa. Salah satu contohnya adalah Yudhi Riadi, mahasiswa semester delapan yang tengah melakukan penelitian skripsi di lapas tersebut.

“Kami ingin mahasiswa hadir dalam realitas sosial, bukan hanya belajar di ruang kelas,” ujarnya.

Kegiatan ditutup menjelang waktu dzuhur dengan doa muhasabah bersama. Suasana menjadi hening, khusyuk, dan penuh haru. Para peserta tampak menunduk, melafalkan doa memohon kekuatan untuk tetap istiqomah dalam memperbaiki diri.

Momen tersebut menjadi bukti nyata bahwa kerja sama ini bukan sekadar simbolik, melainkan langkah konkret menuju pemulihan dan pembangunan manusia seutuhnya.

MoA ini juga diharapkan menjadi awal dari berbagai program transformatif lainnya yang menghubungkan dunia akademik dengan dunia pembinaan. Tidak hanya untuk meningkatkan kualitas hidup WBP, tetapi juga sebagai ruang belajar sosial dan spiritual bagi sivitas akademika FAI UMC.