Pererat Ukhuwah, UMC Gelar Silaturahim dan Halal Bihalal Idul Fitri 1443 H untuk Dosen dan Karyawan

Pererat Ukhuwah, UMC Gelar Silaturahim dan Halal Bihalal Idul Fitri 1443 H untuk Dosen dan Karyawan
Rektor UMC, Arif Nurudin M.T (Dok: Istimewa)

UMCPRESS.ID - Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) Arif Nurudin M.T mengajak civitas akademika UMC baik Dosen dan Karyawan agar senantiasa mempererat ukhuwah usai menjalani ibadah ramadhan dan idul fitri 1443 H.

Selain itu, juga jadikan momentum ini sebagai langkah untuk membersihkan hati. Mengingat hati yang baik berimbas pada semangat dakwah, khususnya memberikan pelayanan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. 

Menuurt Arif, hati sejatinya dapat menentukan bahagia atau tidaknya seseorang. Maka dari itu, Ramadhan yang telah dijalani seyogyanya sebagai bulan pendidikan untuk melaksanakan setiap perintah Allah dan menjauhi segala laranganNYA. 

"Taqabbalallaahu minna wa minkum, taqabbal ya karim. Wa ja’alanallaahu wa iyyakum minal aidin wal faizin wal maqbulin, kullu ‘ammin wa antum bi khair. (Semoga Allah SWT menerima amal ibadah Ramadhan saya dan anda, wahai Allah Yang Maha Mulia, terimalah. Dan semoga Allah SWT menjadikan saya dan anda termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang, serta diterima amal ibadah. Setiap tahun semoga kita senantiasa dalam kebaikan). Mari bersihkan hati, tatap masa depan dengan menjadi pribadi yang pemaaf dan berupaya tidak mengulangi setiap kekhilafan," ucap Arif dalam silaturahim dan Halal Bihalal Idul Fitri 1443 H untuk Dosen dan Karyawan UMC dengan tajuk " Pembuka Hati Sebagai Kunci Kebahagiaan" di Convention Hall Kampus 2, Selasa (10/5/2022),

Lebih lanjut, Arif menjelaskan bahwa hati diibaratkan seperti raja dan seluruh anggota badan adalah para pengawal dan prajuritnya.

Satu manusia adalah satu kerajaan. Semakin banyak manusia, semakin banyak pula kerajaan. Dan tentu saja, setiap kerajaan itu berbeda dengan lainnya, bergantung pada kualitas raja atau hatinya masing-masing.

Sebagai seorang raja yang harus memimpin kerajaan dengan arif dan bijaksana, hati membutuhkan kekuatan fisik. Dalam hal ini, hati bergantung pada kekuatan anggota badannya. Jika badannya sehat, hati (Insya Allah) juga sehat. Namun, bila badannya sakit dan tidak berdaya, maka hati juga ikut tidak berdaya.

Untuk mencegah hal ini terjadi, Allah menciptakan nafsu dan sifat marah dalam diri manusia, dengan tujuan menjadi penyeimbang. Nafsu makan bertujuan untuk menguatkan badan. Seandainya nafsu itu hilang dari dalam diri manusia, maka tentu manusia akan kehilangan kekuatannya. Dan hati juga yang terkena imbasnya.

Sedangkan sifat marah diciptakan dengan tujuan agar dapat mencegah sesuatu hal buruk yang mungkin akan menimpanya. Marah itu bertujuan untuk membela diri, menangkal musuh dan rintangan yang menghalanginya.

Begitulah diciptakannya manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Kehadirannya tidak lain hanya dituntut untuk beribadah dan beribadah. Seperti dalam firman Allah, ''Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.'' (QS Ad Dzaariyat: 56).

Kendati demikian, kesempurnaan manusia bukan berarti tanpa cela, justru karena segalanya ada (amal mulia dan dosa) ia disebut manusia. Ketika imannya meningkat maka amal mulia dilakukannya, maka ia mendulang pahala dari Allah Azza wa Jalla. Namun ketika imannya turun dan berkurang adanya, ia terjatuh ke dalam lembah dosa, hingga kemaksiatan membelenggunya. Inilah hakikat dari manusia, tempat salah dan dosa, mahal al-khotho’ wa nisyan.

Pemahaman manusia tempatnya salah bukan berarti membiarkan kesalahan ada pada diri manusia, kemudian terkesan kesalahan itu biasa bahkan mirisnya lagi, ada unsur pembiaran.

"Kita sadar sepenuh rasa, bahwa apa yang kita lakukan itu adalah dosa. Namun jiwa ini masih belum bisa melepaskannya, mungkin terbebas sementara tapi kemudian kembali melakukannya. Sulit memang meninggalkannya, apalagi jika telah membalut jiwa, ia perlu perjuangan tiada tara agar bisa lepas daripadanya," tutur Arif.

Mengakhiri sambutannya, Arif  merujuk  ke Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-A’raaf ayat 179 bahwasanya  laHum quluubul laa yafqaHuuna biHaa wa laHum a’yunul laa yubshiruuna biHaa wa laHum aadzaanul laa yasma’uuna biHaa (“Mereka mempunyai hati, [tetapi] tidak dipergunakannya untuk memahami [ayat-ayat Allah]. Dan mereka mempunyai mata, [tetapi] tidak dipergunakannya untuk melihat [tanda-tanda kekuasaan Allah]. Dan mereka mempunyai telinga [tetapi] tidak dipergunakannya untuk mendengar [ayat-ayat Allah].”).

Penjelasan Surrah Al-A'raaf diatas mestinya menjadi hikmah agar setiap derap langkah dalam menjalani aktivitas ini tetap terjaga. 

" Semoga kegiatan hari ini tidak hanya sebatas seremoni atau narasi tanpa literasi tapi harus ada semangat pembahruan, pemberdayaan, kebermanfaatan yang kesemuanya dilakukan dengan hati yang ikhlas tanpa ada embel-embel yang menyertainya," pungkas Arif. 

Terakhir, Arif juga memberikan apresiasi kepada Ketua PDM Kabupaten Cirebon, Prof Dr Ahmad Dahlan beserta Pengurus BPH UMC. 

Ucapan terimakasih juga diberikan kepada Nana Trisovelna M.T (Wakil Rektor 1 UMC) Dr. Badawi (Wakil Rektor II) dan Wiwi Hartati, S.Kom,. M.Si (Wakil Rektor III), Para Dekan, Kaprodi, Kepala Unit, Lembaga dan seluruh Dosen serta Tendik UMC.