PBB Apresiasi Pendiri Pesantren Ekologi

PBB Apresiasi Pendiri Pesantren Ekologi
Nisya Wargadipura, pendiri pesantren ekologi di Garut. (Dok: Istimewa)

UMCPRESS- Mengajak para santri untuk mendalami ilmu agama sekaligus peduli terhadap alam sekitar merupakan sesuatu yang menginspirasi.

Itulah yang dilakukan wanita kelahiran Garut selama lebih dari satu dekade ini, Nisya Saadah Wargadipura (50).

Nissa, begitu sapaan akrabnya, menyerukan aksi pelestarian lingkungan tersebut berawal dari kekhawatirannya akan pengaruh bahan pangan yang dikonsumsi terhadap kesehatan tubuh. Hal ini muncul dari pengalaman pribadinya saat mengandung anak ketiga.

Dia menceritakan kala itu sempat kesulitan melakukan persalinan secara normal. Pengalaman yang sangat personal tersebut membuka mata Nissa tentang pentingnya konsumsi bahan pangan yang sehat.

"Banyak perempuan Indonesia tidak bisa lahir secara normal karena masalah persalinan. Hal itu tidak mampu dilakukan karena konsumsi sehari-hari perempuan Indonesia sangat di luar ekspektasi hidup sehat," kata Nissa kepada HaiBunda, Senin (7/3/2022).

"Tubuh perempuan butuh banyak sekali nutrisi dan vitamin, namun kita tidak tahu dari mana asal nasi, sayur, dan buah yang kita konsumsi dan ditanam dengan cara apa. Ditambah lagi perubahan iklim membuat petani panik sehingga pestisida diperbanyak," sambungnya.

Sumber pangan hewani juga berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Hewan ternak umumnya dibesarkan dengan bantuan hormon tertentu untuk mempercepat pertumbuhannya. Hormon tersebut, kata Nisa, dapat ikut terkonsumsi oleh manusia.

Berkaca dari pengalaman pribadinya, Nissa membulatkan tekad untuk mendidik anak-anak di desanya agar memiliki wawasan di bidang ekologi. Ia kemudian mendirikan pesantren tepat di tengah sawah dengan tujuan tak lain agar para santri berinteraksi langsung dengan alam.

Tempat belajar agama sekaligus memupuk kepedulian terhadap lingkungan ini didirikan pada tahun 2008. Lokasinya berada di Kampung Cimurugul, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Melalui pesantren ekologi Ath Thaariq yang ia dirikan dan kelola bersama suaminya, Ibang Lukmanurdin, ia mengajarkan konsep Hablum Minal Alam atau hubungan manusia dengan alam kepada para santrinya.

Pesantren ekologi Ath Thaariq menerapkan pendidikan berbasis kajian Teologi Ekologi dan Pertanian berbasis pemulihan ekologi.