Demo Mahasiswa UMC Buat Petani Desa Jagapura Kulon Bahagia
Di tengah keresahan petani Jagapura Kulon yang masih bergantung pada pestisida kimia, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) KKM 45 hadir dengan cara berbeda: demonstrasi positif yang menyejukkan hati warga.

UMCPRESS.ID - Di Desa Jagapuro Kulon, ditemukan sejumlah petani masih setia menggunakan pestisida kimia meski banyak pihak menilai cara itu semakin kurang ramah bagi lingkungan. Zat kimia berlebih yang disemprotkan ke tanaman tidak hanya membunuh hama, tetapi juga merusak keseimbangan ekosistem tanah, membunuh serangga bermanfaat, serta mencemari air dan udara sekitar.
Dalam jangka panjang, paparan pestisida dapat berdampak buruk bagi kesehatan petani maupun konsumen, mulai dari iritasi kulit, gangguan pernapasan, hingga risiko penyakit kronis. Selain itu, penggunaan berlebihan justru bisa memicu hama menjadi resisten sehingga efektivitas pestisida menurun.
Kondisi ini menimbulkan ketergantungan yang semakin besar terhadap bahan kimia berbahaya.
Melihat fenomena yang terjadi di tengah masyarakat, Kelompok Kerja Mahasiswa (KKM) 45 Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) mengambil langkah berbeda dengan menggelar demonstrasi positif.
Alih-alih turun ke jalan dengan teriakan dan spanduk, mereka memilih mendatangi para petani secara langsung. Dengan cara yang humanis, mahasiswa ini hadir di sawah dan ladang, merangkul warga, mendengarkan keluh kesah, serta berbagi semangat kebersamaan.
Ketua KKM 45 Desa Jagapura Kulon, Nanda Faqih bersama mahasiswa lainnya menyuguhi solusi jitu untuk menanggulangi tingginya serangan hama adalah dengan menggunakan insektisida nabati, dimana bahan dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Insektisida nabati relatif murah karena dapat dibuat dengan menggunaan bahan-bahan yang mudah dan ada di sekitar kita (Kuruseng dkk, 2009 dalam jurnal pendago biologi).
Apalagi, insektisida nabati mengandung bahan yang mudah dan cepat terdegradasi di alam dan tidak mempunyai dampak terhadap lingkungan sehingga tidak berbahaya. Insektisida nabati mengandung bahan aktif berupa senyawa metabolit sekunder. Senyawa ini dapat berfungsi sebagai alelopati, feromon, pertahanan dari herbivora atau mikroba. pembunuh, penarik dan penolak hama serta sebagai penghambat nafsu makan hama.
Penggunaan tanaman yang mengandung bahan aktif insektisida nabati tersebut diharapkan mampu mengurangi penggunaan insektisida sintetis sehingga menekan residu bahan kimia sintetis pada lingkungan (Wiratno, 2011 dalam jurnal pendago biologi).
"Kami menjelaskan langkah-langkah pembuatan pestisida dimulai dari pemotongan daun pepaya, takaran air, takaran bawang putih, takaran sunlight dan teknik mengolahnya," ucap Nanda.
Selain itu, Nanda menuturkan bahwa KKM 45 tidak hanya berhenti pada aksi demonstrasi positif, tetapi juga menebar manfaat nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Mereka melakukan penanaman sebanyak 250 bibit pohon, mulai dari mahoni, jambu biji, ketapang kencana, hingga tabebuya. Kegiatan ini tidak terbatas di Desa Jagapura Kulon saja, melainkan turut menjangkau desa-desa sekitar seperti Gegesik Kidul, Gegesik Kulon, dan Gegesik Lor.
Tak hanya itu, kepedulian mahasiswa juga terlihat saat mereka membersihkan area makam desa, memberikan suasana lebih nyaman dan penuh penghormatan bagi keluarga yang berziarah. Memasuki awal September, KKM 45 semakin meneguhkan jejak keberadaannya dengan memasang plang di setiap dusun atau blok, sebagai tanda kebersamaan sekaligus pengingat akan pentingnya menjaga lingkungan dan identitas desa.
Dosen Pendamping Lapangan, Natsir Amir, menegaskan bahwa rangkaian kegiatan KKM 45 ini berhasil memberikan kesan yang monumental. Sulit dilupakan, terpahat hingga terpatri di benak warga.
Masyarakat menyambut dengan bahagia. Mereka merasakan bahwa kehadiran mahasiswa bukan hanya membawa teori, tetapi juga aksi nyata yang bermanfaat. Demonstrasi positif ini membuktikan bahwa mahasiswa bisa menjadi agen perubahan sosial, menjembatani aspirasi rakyat dengan solusi berkelanjutan. Di Desa Jagapura Kulon, senyum petani adalah bukti bahwa demonstrasi tak selalu harus gaduh, kadang cukup dengan sapaan hangat dan tindakan nyata.
KKM 45 menunjukkan bahwa generasi muda mampu menjadi jembatan antara aspirasi rakyat dan kepedulian sosial, sekaligus menanamkan nilai gotong royong yang selama ini menjadi ciri khas bangsa.