Mahasiswa UMC Hadirkan Pakan Ajaib dari Limbah
Mahasiswa UMC Kelompok 43 sukses kenalkan silase di Desa Kedungdalem, ubah limbah pertanian jadi pakan ternak bergizi, ramah lingkungan, dan mendukung ketahanan pangan lokal.

UMCPRESS.ID - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) yang tergabung dalam Kelompok 43 Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Desa Kedungdalem mencuri perhatian lewat program kerja inovatif berupa pembuatan silase pakan ternak.
Program ini menjadi jawaban nyata atas persoalan limbah pertanian yang selama ini sering terbuang sia-sia, sekaligus langkah strategis mendukung ketahanan pangan berbasis lokal.
Desa Kedungdalem memiliki luas wilayah pertanian mencapai hampir 80 persen dari total kawasan desa. Potensi sumber daya yang melimpah itu, terutama jerami padi, batang jagung, dan sisa panen lainnya, kerap berakhir menjadi limbah tak bernilai.
Melalui program ini, mahasiswa berusaha menunjukkan bahwa limbah bukan sekadar sampah, melainkan sumber daya yang bisa diolah menjadi silase pakan ternak alternatif berbasis fermentasi yang tahan lama, bergizi tinggi, dan ramah lingkungan.
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan berlangsung di area persawahan belakang Balai Desa Kedungdalem pada Jumat, 29 Agustus 2025. Suasana penuh antusiasme terasa sejak pagi. Acara ini dihadiri perangkat desa, kelompok tani, kelompok ternak, serta warga desa yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak. Para mahasiswa tidak sekadar memberi penjelasan teori, tetapi juga mengajak peserta memahami keunggulan silase dibanding pakan konvensional mulai dari daya simpan lebih panjang, nutrisi tetap terjaga, hingga kemampuan menekan biaya produksi ternak.
Tak berhenti pada penyuluhan, mahasiswa juga menggelar sesi praktik. Mereka mendemonstrasikan tahapan pembuatan silase: pemilihan bahan baku dari limbah pertanian, pencacahan, penambahan bahan pendukung seperti dedak atau molase, hingga proses fermentasi dengan penyimpanan rapat dalam wadah tertutup. Warga pun diberi kesempatan mencoba langsung. Dengan cara ini, peserta tidak hanya mengerti konsepnya, tapi juga menguasai keterampilan teknis yang bisa diterapkan di rumah masing-masing.
Dosen Pendamping Lapangan, Erna Labudasari, M.Pd., menegaskan bahwa program ini mencerminkan visi KKM sebagai bentuk nyata pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.
“Mahasiswa hadir bukan sekadar belajar di desa, tetapi juga memberi solusi praktis yang bisa dirasakan manfaatnya langsung oleh warga,” ujarnya.
Respon positif pun berdatangan. Para peternak menilai silase sangat relevan terutama saat musim kemarau, ketika rumput hijau sulit ditemukan. Salah satunya, Pak Nono, peternak setempat yang tampak bersemangat setelah mencoba praktik.
“Saya sudah pernah dengar tentang silase, tapi tidak tahu cara membuatnya. Alhamdulillah, dengan mahasiswa UMC saya sekarang paham cara membuat dan manfaatnya,” ucapnya.
Mahasiswa Kelompok 43 berharap program ini mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap limbah pertanian. Mereka ingin Desa Kedungdalem semakin mandiri dalam mengelola potensi lokal, sekaligus mencetak model pertanian-peternakan ramah lingkungan yang berkelanjutan.
Dengan semangat kolaborasi antara mahasiswa dan warga, silase tak lagi hanya sekadar teori di buku, tetapi sudah menjadi praktik nyata yang menjanjikan masa depan lebih baik bagi petani dan peternak desa.
Program ini bukan hanya meninggalkan pengetahuan baru, tetapi juga warisan keterampilan yang bisa diterapkan secara terus-menerus.
"Jika diteruskan secara konsisten, inovasi silase di Desa Kedungdalem berpotensi memperkuat ketahanan pangan lokal, meningkatkan produktivitas ternak, dan membuka jalan bagi pembangunan desa berbasis inovasi hijau," tutup Erna.