KKM UMC Desa Gegesik Kidul Dorong Pertanian Ramah Lingkungan
Mahasiswa UMC melalui program KKM di Desa Gegesik Kidul memperkenalkan pupuk organik cair dan Rubuha untuk mendukung pertanian berkelanjutan, disambut antusias masyarakat dan petani setempat.

UMCPRESS.ID - Kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) Desa Gegesik Kidul menghadirkan gagasan segar untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Melalui kegiatan bertajuk Sosialisasi Mahasiswa Berkarya: Pupuk Organik Cair & Rubuha sebagai Solusi Pertanian Berkelanjutan, para mahasiswa memperkenalkan inovasi ramah lingkungan yang diyakini mampu meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menekan biaya produksi.
Acara berlangsung pada Jumat, 5 September 2025, di Balai Desa Gegesik Kidul, Kabupaten Cirebon, dengan menghadirkan peserta dari beragam kalangan, mulai dari perangkat desa, kelompok tani, hingga masyarakat umum. Antusiasme peserta terlihat sejak awal kegiatan, di mana mereka memenuhi ruangan untuk mendengarkan penjelasan para mahasiswa tentang pentingnya penggunaan pupuk organik cair dan teknologi Rubuha.
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) KKN UMC Desa Gegesik Kidul, Dila Charisma, M.Pd, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wujud nyata kontribusi mahasiswa kepada masyarakat, khususnya dalam bidang pertanian. Ia menegaskan, peran mahasiswa tidak hanya sebatas belajar di kampus, tetapi juga turun langsung memberikan solusi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
“Pertanian adalah sektor vital, dan mahasiswa hadir untuk membantu memberikan alternatif yang berkelanjutan,” ujarnya.
Dalam sesi presentasi, mahasiswa memaparkan cara pembuatan pupuk organik cair dari bahan-bahan sederhana yang mudah ditemui di sekitar lingkungan desa. Dengan metode ini, petani dapat mengolah limbah organik menjadi pupuk bernilai tinggi yang mampu memperbaiki kualitas tanah sekaligus meningkatkan hasil panen.
Selain itu, teknologi Rubuha atau rumah budidaya tanaman, dikenalkan sebagai sarana untuk menanam berbagai komoditas secara lebih efisien, hemat lahan, dan tetap ramah lingkungan.
Peserta yang hadir tampak aktif memberikan pertanyaan, terutama mengenai cara penggunaan pupuk organik cair pada berbagai jenis tanaman serta efektivitas Rubuha dalam mengantisipasi perubahan iklim yang kian tidak menentu.
Beberapa petani bahkan langsung menyatakan ketertarikannya untuk mencoba metode tersebut di lahan pertanian mereka.
“Kalau bisa mengurangi biaya pupuk kimia dan hasilnya tetap bagus, tentu kami ingin segera mempraktikkannya,” ujar seorang petani setempat.
Dila menuturkan, tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan wawasan baru kepada masyarakat desa tentang pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam bertani.
Selain pengetahuan, manfaat nyata yang ditawarkan kegiatan ini adalah keterampilan praktis yang dapat langsung dipraktikkan masyarakat.
Petani pun diajak untuk membuat pupuk organik cair secara mandiri, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang harganya cenderung fluktuatif dan kerap membebani biaya produksi.
Keberhasilan kegiatan ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat mampu melahirkan terobosan nyata bagi pembangunan desa. Pertanian ramah lingkungan kini bukan lagi sekadar wacana, tetapi mulai dipraktikkan dengan langkah sederhana yang lahir dari kreativitas mahasiswa dan semangat masyarakat untuk berubah.