Rektor UMC: Ramadhan 1445 H, Momentum Transformatif Keunggulan

Rektor UMC: Ramadhan 1445 H, Momentum Transformatif Keunggulan
Rektor UMC, Arif Nurudin M.T (dok: istimewa)

UMCPRESS.ID - Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) Arif Nurudin MT bersama jajaran pimpinan dan seluruh sivitas akademika UMC mengucapkan selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1445 H bagi seluruh umat Islam.

Arif menyampaikan kehadiran bulan suci Ramadhan tahun ini merupakan kesempatan untuk melakukan transformatif keunggulan secara Habluminallah (manusia dan Maha Pencipta) dan Habluminannas (manusia dan manusia).

Menurut Arif, konteks Habluminallah ini dikaitkan dengan tugas kehambaan manusia dalam hidup ini, sejatinya  menjadikan Allah SWT sebagai tujuan dengan senantiasa mengharap ridha-Nya dan menjadikan surga sebagai cita-cita (Dasuqi, 2008). Demikian juga hendaknya memandang kesuksesan. Untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, tentu harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt. dan menjadi orang yang disukai-Nya.

Begitupun dengan Habluminannas, menjadi manusia baik tentu tidak hanya bagus keatas, tapi juga mesti baik terhadap sesama manusia. 

"Kita ingin disukai oleh Allah SWT tapi kita tidak baik dengan sesama , tentu tidak boleh. Jangankan kepada manusia, kita diminta baik kepada hewan dan alam semesta ini. Untuk itu, bulan ramadhan adalah waktu yang tepat kita menjadi pribadi-pribadi yang unggul, meningkatkan keimanan, meraih keberkahan dan meminta ampunan-Nya," ujar Arif di Pengajian Qobla Ramadhan 1445 H Keluarga Besar UMC, Sabtu (9/3/2024).

Selanjutnya, Arif mengutip Alquran surat Al-Baqarah Ayat 183, Allah SWT berfirman mengenai kewajiban berpuasa di Bulan Ramadhan.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

“Marhaban ya Ramadhan, bulan suci penuh berkah telah tiba. Atas nama keluarga besar UMC, mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa. Saatnya untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya,” ucap Arif.

Arif mengingatkan, Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan nilai-nilai keagamaan dan spiritual bagi umat Islam. Kehidupan kampus selama Ramadhan dipenuhi dengan aktivitas keagamaan seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.

Sementara itu, Wakil Rektor 1 UMC, Nana Trisovelna MT mengingatkan, ramadhan tidak dijalankan secara formalistik, apalagi seremonial tapi ada langkah konstruktif.

Nana berpandangan bahwa substansi puasa adalah pengendalian diri yang berasal dari dalam atau self restrain atau self control. Bukan dari luar. Karena itu ada atau tidaknya orang yang mengontrol, maka tetap tidak melakukan sesuatu yang dilarang. Dan ada atau tidak ada reward. Maka dari itu, akan melaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Perlunya menjadi orang taat bukan karena ada CCTV dan Lampu Merah. Artinya, perlu adanya kesadaran penuh dari luar untuk mengontrol diri.

" Jangan-jangan CCTV rusak, taatnya hilang. Lampu Merahnya rusak, gak patuh lagi, gak tertib lagi. Di aspek inilah makna puasa disebut dalam sebuah hadis sebagai Junnah (tameng).

Nana menukilkan hadist, Baihaqi dan Al-Hakim:

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji,"

 Untuk itu, Nana memaknai puasa sebagai upaya menahan diri dari segala sesuatu (al imsaku wal-kaafu ‘ani-syai’in). Mengutip penjelasan ahli tafsir, Al-Maraghi yang menekankan pentingnya kesadaran internal untuk senantiasa patuh pada perintah Allah dan sadar bahwa setiap perbuatannya dipantau oleh Allah Swt.

Senada dengan itu, Wakil Rektor II UMC, Dr. Badawi meneropong lebih jauh soal Ramadhan dan implementasi kedisiplinan. Misalnya, mematuhi waktu sahur dan buka, sehingga meningkatkan motivasi bekerja dengan bangun lebih pagi dan dapat menjalankan puasa tetap kuat, sehat di siang hari, serta perlu mengatur ritme bekerja agar tubuh mendapatkan istirahat yang cukup.

Disiplin ibadah ini dimulai dari niat berpuasa, sahur tidak boleh melebihi waktu terbit fajar dan berbuka puasa juga harus setelah terbenam matahari. Berniat, sahur dan buka puasa adalah latihan disiplin, sebagaimana firman Allah: “Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam”. (QS. Al Baqarah:187).

Berkaitan dengan puasa, Dr Badawi menuturkan, ramadhan juga bisa meningkatkan etos kerja dan profesionalisme dalam bekerja. Dalam berpuasa, diharuskan untuk menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu, yang tentunya membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kedisiplinan yang tinggi. Karena itu, perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan mengatur jadwal kerja dan kegiatan sehari-hari secara lebih baik.

"Semua ibadah dilipat gandakan pahalanya dan nilai ibadahnya tinggi untuk beraktivitas dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja yang baik. Karakter-karakter positif tersebut sangat dibutuhkan untuk membentuk soft skills pegawai disamping hard skillsnya. Sehingga selama berpuasa kurun waktu satu bulan, efektif untuk membentuk etos kerja seperti disiplin, bekerja keras, bertanggung-jawab, jujur, mandiri, serta peduli kepada sesama yang melahirkan kerjasama tim," tutur Dr. Badawi.

Terakhir, pandangan komprehensif soal puasa disampaikan oleh Wakil Rektor III UMC, Dr. Wiwi Hartati bahwa ramadhan seyogyanya membangkitkan kesadaran sosial dan empati terhadap mereka yang kurang beruntung. 

Aktivitas beribadah bersama seperti tarawih, sahur, dan buka puasa bersama dapat menciptakan solidaritas sosial di antara umat Islam. Momen-momen ini dapat menjadi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan meningkatkan rasa empati terhadap kondisi orang lain.

" Kita bisa lihat banyak bencana kemanusiaan, mulai dari palestina hingga di Indonesia, banyak daerah yang mengalami bencana alam. Belum lama ini ada bencana banjir di Kabupaten Cirebon. Momentum ramadhan ini sejatinya menjadikan kita lebih berempati dengan kondisi sekitar, rasa kemanusiaan kita lebih terasah. Insha Allah, kita akan digembleng menjadi manusia terbaik baik untuk diri sendiri juga orang banyak. Semua upaya ini akan bermuara pada pribadi-peribadi yang dicintai oleh Allah SWT dan manusia," pesan Dr. Wiwi.