Meriah! KKM 15 UMC Gelar Pesta Rakyat: Kreasi Budaya dan Kebersamaan

Pesta Rakyat UMC di Desa Sitiwinangun menghadirkan seni budaya yang memikat, memperkuat kebersamaan, dan membuka ruang kolaborasi kampus dengan masyarakat desa.

Meriah! KKM 15 UMC Gelar  Pesta Rakyat: Kreasi Budaya dan Kebersamaan

UMCPRESS.ID - Lapangan Desa Sitiwinangun, Sabtu (6/9/2025)  malam itu benar-benar berubah menjadi panggung kebahagiaan. Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) kelompok 15 Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) menghadirkan gelaran Pesta Rakyat: Kreasi Budaya dan Kebersamaan yang menyatukan warga dalam satu ruang apresiasi seni.

Antusiasme terlihat jelas, dari anak-anak hingga orang tua, semua larut dalam euforia yang menghangatkan.

Dosen Pendamping Lapangan (DPL) KKM UMC, Nugraha Permana Putra, M.Pd, menyebut acara ini bukan sekadar agenda seremonial penutup KKM, tetapi wujud nyata kolaborasi yang memberi manfaat langsung.

“Kegiatan ini membuktikan bahwa mahasiswa mampu menjadi jembatan antara ilmu, budaya, dan masyarakat. Kami ingin membangun kebersamaan sekaligus melestarikan kearifan lokal,” ungkapnya.

Nugraha juga memberikan apresiasi khusus kepada Ketua LPPM UMC, Tania Avianda Gusman, Ph.D.

Menurutnya, dukungan dari kampus menjadi kunci suksesnya pesta rakyat ini. Tania sendiri menekankan bahwa pesta rakyat semacam ini adalah bukti UMC serius mengembangkan pendidikan yang membumi.

“Pentas budaya ini membuktikan mahasiswa tak hanya belajar di kelas, melainkan berbaur, merangkul, dan membawa energi positif bagi masyarakat. Kebersamaan ini harus dijaga,” katanya.

Deretan penampilan menghipnotis warga sejak awal acara. Tari Topeng khas Cirebon yang dibawakan panitia membuka suasana dengan magis dan berwibawa. Disusul penampilan ibu-ibu PKK dengan tari kreasi yang penuh keceriaan, mengundang gelak tawa dan tepuk tangan riuh.

Tak kalah seru, anak-anak desa unjuk gigi lewat Tari Jaranan yang enerjik, lalu dilanjutkan Tari Campursari yang lembut sekaligus menghibur.

Mahasiswa KKM tampil lewat drama tari yang menyelipkan pesan moral, puisi sarat makna, serta sesi nyanyi bareng yang menyatukan suara mahasiswa dan warga.

Penayangan film dokumenter tentang proses pembuatan gerabah ikon Desa Sitiwinangun mendapat sambutan hangat, sekaligus memperkenalkan potensi lokal kepada generasi muda.

Sorak penonton memuncak saat warga mempersembahkan kesenian Sintren. Suasana mistis namun memikat itu menjadi titik klimaks yang menegaskan betapa kayanya seni tradisi Cirebon.

“Sintren adalah jati diri kami. Senang sekali bisa tampil di hadapan mahasiswa dan warga desa sendiri,” ujar salah satu pelaku seni dengan bangga.

Tak hanya menjadi penonton, warga juga aktif memberikan kesan dan pesan. Banyak yang mengaku kagum karena budaya yang selama ini kerap terabaikan justru bisa tampil megah bersama mahasiswa. Mahasiswa pun merasa mendapat pengalaman sosial yang tidak ternilai.

“Kami belajar banyak dari warga, mulai dari gotong royong hingga pelestarian tradisi. Ini adalah kuliah kehidupan yang sesungguhnya,” ungkap seorang mahasiswa KKM.

Manfaat pesta rakyat ini terasa nyata. Bagi masyarakat, acara ini mempererat hubungan antarwarga, menumbuhkan semangat gotong royong, serta menyalakan rasa bangga terhadap budaya sendiri.

Bagi mahasiswa, kegiatan ini menjadi wahana belajar langsung di tengah masyarakat, melatih kepemimpinan, kreativitas, hingga kemampuan komunikasi. Sementara bagi desa, acara ini menjadi ajang promosi potensi lokal, terutama kerajinan gerabah khas Sitiwinangun yang sudah terkenal hingga mancanegara.

Kemeriahan malam itu membuktikan bahwa kampus dan desa bisa berjalan beriringan. UMC hadir bukan hanya membawa program akademik, melainkan juga membawa kegembiraan, pelestarian budaya, dan semangat kebersamaan. Pesta Rakyat: Kreasi Budaya dan Kebersamaan akhirnya tercatat bukan sekadar penutup KKM, melainkan pesta kebahagiaan yang mempertemukan kampus, desa, dan budaya dalam satu ruang penuh makna.