Lulusan FAI UMC Sangat Siap Hadapi Era AI dan Society 5.0
FAI UMC gelar seminar akademik siapkan lulusan menghadapi era AI dan society 5.0 dengan bekal ilmu agama, keterampilan teknologi, serta visi global. Artinya, setiap lulusan FAI UMC dipastikan mampu menghadapi tantangan global yang sangat dinamis ini.

UMCPRESS.ID - Di era society 5.0, posisi lulusan Sarjana Agama Islam menghadapi babak baru yang penuh tantangan sekaligus peluang. Derasnya arus digitalisasi, berkembangnya kecerdasan buatan, dan kebutuhan masyarakat global yang semakin kompleks membuat mereka dituntut tidak hanya menguasai ilmu keislaman, tetapi juga piawai dalam keterampilan teknologi modern.
Menjawab kebutuhan itu, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Cirebon (FAI UMC) menggelar Seminar Akademik dengan mengusung tema “Urgensi dan Prospek Pendidikan Berbasis Agama, Kesiapan Lulusan FAI dalam Menghadapi Tantangan Global”. Acara berlangsung pada Senin, 8 September 2025, di Meeting Room Kampus 3 UMC, dengan menghadirkan narasumber utama, Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah, M.Ed., Wakil Koordinator Kopertais Wilayah II Jawa Barat.
Rektor UMC, Arif Nurudin, M.T., yang membuka acara, menegaskan bahwa lulusan Sarjana Agama Islam UMC memiliki kompetensi unik.
“Mereka tidak hanya membawa bekal pengetahuan agama, tetapi juga nilai-nilai moral, spiritual, dan etika yang sangat relevan di era digital. Dengan penguatan keterampilan teknologi, lulusan kita bisa bersaing di kancah global,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Agama Islam, Dr. Aip Syarifudin, M.Pd.I., menyoroti pentingnya kesiapan mental dan wawasan luas bagi mahasiswa. Menurutnya, calon wisudawan FAI perlu mendapatkan perspektif baru agar tidak sekadar terjebak pada rutinitas, tetapi juga mampu menjadi pionir di tengah tantangan global.
“Kita ingin lulusan FAI tidak hanya menjadi konsumen perubahan, melainkan produsen gagasan, solusi, dan inovasi. Untuk itu, masukan dari narasumber hari ini sangat penting sebagai bekal,” kata Aip.
Dalam paparannya, Prof. Aan Hasanah menekankan urgensi integrasi antara pendidikan agama dengan perkembangan teknologi. Ia menegaskan, meski banyak bidang pekerjaan kini digantikan oleh kecerdasan buatan, nilai-nilai agama tetap tak tergantikan.
“Justru di era teknologi tinggi, manusia membutuhkan landasan moral yang kuat. Di sinilah lulusan FAI punya peran strategis. Mereka bisa hadir sebagai penyeimbang sekaligus penggerak perubahan yang berlandaskan etika dan spiritualitas,” jelasnya.
Ia juga mendorong mahasiswa agar berani merambah sektor-sektor baru yang membutuhkan sentuhan nilai keagamaan, seperti teknologi berbasis etika, pendidikan digital Islami, hingga konseling berbasis online.
Menurutnya, peluang ini masih terbuka lebar bagi lulusan FAI yang mau beradaptasi.
Suasana seminar semakin hidup ketika sesi tanya jawab dibuka. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan seputar kesiapan menghadapi dunia kerja dan strategi agar tidak tersisih oleh dominasi teknologi.
Prof. Aan menanggapi dengan optimis bahwa yang dibutuhkan generasi muda saat ini bukan hanya ijazah, melainkan keterampilan adaptif, kemampuan komunikasi, serta visi hidup yang kuat.
Acara ini turut dihadiri oleh para kaprodi, dosen, dan tamu undangan dari lingkungan Universitas Muhammadiyah Cirebon. Kehadiran mereka memberi dukungan moral sekaligus menunjukkan sinergi akademik yang erat.
Dengan suksesnya kegiatan ini, FAI UMC semakin meneguhkan komitmennya mencetak lulusan yang tak hanya berilmu, tetapi juga siap menghadapi tantangan global dengan percaya diri.
Ke depan, para lulusan FAI diharapkan mampu menjadi generasi yang tidak alergi pada perkembangan teknologi, melainkan mampu menjadikannya sebagai sarana dakwah, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Society 5.0 bukan lagi ancaman, melainkan medan pengabdian baru bagi mereka yang siap.