Kolaborasi Global! FAI UMC Hadirkan Akademisi Jepang dalam Kuliah Internasional

Fakultas Agama Islam UMC menggelar kuliah umum tentang perkembangan Islam di Jepang. Dibahas pertumbuhan komunitas Muslim, tantangan budaya, serta upaya membangun toleransi di Jepan

Kolaborasi Global! FAI UMC Hadirkan Akademisi Jepang dalam Kuliah Internasional

UMCPRESS.ID - Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) menggelar International Visiting Lecturer bertajuk "Perkembangan Islam di Jepang" pada Jumat (07/02) di Gedung Djuanda UMC.

Kuliah umum ini dihadiri ratusan mahasiswa dan menghadirkan Yuji Mizuno, peneliti dari Institute of Developing Economies (IDE-JETRO) Area Studies Center, yang mengupas perkembangan komunitas Muslim di Jepang.

Yuji Mizuno mengapresiasi sambutan hangat Rektor UMC, Arif Nurudin MT, Wakil Rektor III UMC, Wiwi Hartati,  Dekan FAI UMC, Dr. Aip Syarifudin, M.PdI., Wakil Dekan FAI UMC, Dr. M. Azis Husnarijal, Kaprodi Tasawuf dan Psikoterapi UMC, Dr. Abdul Basit Attamimi serta Kepala KUI UMC, Dr. Muhammad Azka Maulana.

" Sambutan yang hangat dari seluruh civitas UMC, saya sangat terharu," ujar Yuji.

Ia memulai pemaparannya dengan memaparkan pertumbuhan jumlah Muslim di Jepang. Berdasarkan data dari Mainichi Newspaper, jumlah penduduk Muslim di Jepang terus meningkat secara signifikan, dengan dominasi dari warga Indonesia, Bangladesh, dan Pakistan.

Fenomena peningkatan komunitas Muslim juga terlihat dari bertambahnya jumlah masjid di Jepang. Jika pada 1999 hanya ada 15 masjid, maka pada Maret 2021 jumlahnya telah mencapai 113 masjid, menurut data dari Islamjp.

Beberapa masjid yang dikelola oleh komunitas Muslim Indonesia di Tokyo antara lain Masjid Nusantara Akihabara dan Masjid Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT).

Selain itu, beberapa organisasi Islam dari Indonesia seperti PCI Muhammadiyah, PCI NU, dan Tarbiyah juga aktif di Jepang.

Di sisi lain, masyarakat Jepang memiliki beragam persepsi terhadap Islam. Berdasarkan survei yang dikutip oleh Yuji , sebanyak 57% responden mengaitkan Islam dengan konflik dan insiden, sementara hanya 16% yang menghubungkannya dengan sejarah dan budaya. Meskipun demikian, Jepang hampir tidak pernah mengalami insiden terorisme Islam di dalam negeri, meskipun ada beberapa warga negaranya yang terlibat dalam kasus di luar negeri.

Untuk menjaga stabilitas, pemerintah Jepang menerapkan metode moderasi beragama melalui kolaborasi antara polisi dengan masjid, imam, dan organisasi Muslim.

Fokus utama kebijakan ini adalah pemantauan potensi ancaman sekaligus menjaga hubungan yang harmonis dengan komunitas Muslim.

Menurut Mizuno, kebijakan ini diterima dengan baik dan menciptakan hubungan saling menguntungkan antara pemerintah dan Muslim di Jepang.

Namun, tantangan tetap ada. Salah satu masalah utama yang dihadapi Muslim di Jepang adalah perbedaan budaya, terutama terkait tradisi pemakaman.

Di Jepang, kremasi adalah praktik yang umum, sedangkan dalam Islam, pemakaman secara langsung lebih diutamakan. Keterbatasan lahan untuk pemakaman Muslim menjadi tantangan yang masih belum sepenuhnya teratasi.

Di tengah tantangan ini, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Jepang terhadap Islam. Beberapa masjid di Jepang menerima siswa Jepang untuk belajar tentang budaya Islam, sementara sekolah-sekolah Jepang juga mengadakan kunjungan ekstrakurikuler ke masjid guna meningkatkan toleransi dan pemahaman lintas budaya.

Dengan perkembangan pesat komunitas Muslim di Jepang serta upaya membangun pemahaman yang lebih baik, diharapkan hubungan harmonis antara Muslim dan masyarakat Jepang dapat terus terjalin di masa depan.