Gelar Temu Saudagar Muhammadiyah Se-Ciayumajakuning di UMC, Ini Pandangan Ketua MEK PWM dan JSM Jabar

Gelar Temu Saudagar Muhammadiyah Se-Ciayumajakuning di UMC, Ini Pandangan Ketua MEK PWM dan JSM Jabar
Ketua MEK PWM dan JSM Jabar Drs. Ismail Satrianto Anggapraja M.Si (Dok: Istimewa)

UMCPRESS.ID - Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) JaWA bARAT (Jabar) menggelar temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) Wilayah Cirebon, Indramyu, Majalengka dan Kuningan atau dikenal Se-Ciayumajakuning di Ruang Meeting Convention Hall Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) Sabtu (18/12/2021).

Ketua MEK PWM dan JSM Jabar Drs. Ismail Satrianto Anggapraja M.Si mengatakan Muhammadiyah Jabar akan memperkuat pengembangan bisnis pada sektor riil dan keuangan berbasis digital atau yang disebut digitalisasi Muhammadiyah. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan peran Muhammadiyah dalam mendorong perekonomian.

Menurut Ismail, MEK dan JSM Jabar saat ini memfokuskan pada pembangunan poliklinik dan rumah sakit serta pengembangan majelis ekonomi dan kewirausahaan melalui digitalisasi Muhammadiyah, ini merupakan salah satu langkah konkret yang dilakukan Muhammadiyah Jabar dalam Jihad Ekonomi.

Digitalisasi menjadi salah satu cara efektif memulihkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dalam situasi pandemi COVID-19. Dengan digitalisasi, kinerja UMKM kembali bergairah meski ruang gerak masyarakat dibatasi akibat COVID-19.Jika kegiatan bisnis warga Persyarikatan Jabar terangkum dalam digitalisasi Muhammadiyah, tentu akan membawa dampak yang sangat besar.

Apalagi mengacu ke data BPS terbaru, ujar Ismail, pertumbuhan ekonomi (PDRB) Jabar pada triwulan ini secara year on year (yoy) pada 2021 tumbuh melejit 6,13 persen, sedangkan secara kumulatif hingga triwulan II/2021 tumbuh 2,54 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) mencatat pertumbuhan ekonomi (PDRB) Jabar pada triwulan ini secara year on year (yoy) pada 2021 tumbuh melejit 6,13 persen, sedangkan secara kumulatif hingga triwulan II/2021 tumbuh 2,54 persen.

" Potensi ini perlu diseriusi, bayangkan jika seluruh aktivitas ekonomi warga muhammadiyah jabar terkelola dengan baik secara digital based, maka akan memberikan kontribusi yang besar," ucap Ismail. 

Ismail juga mengatakan bahwa bidang ekonomi dan pemberdayaan merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari lingkungan Muhammadiyah. Dengan modal ekonomi inilah, Muhammadiyah menjadi semakin bersinar hingga melalui satu abad. Karena itulah, perlu kiranya dibuat panduan praktis tentang bagaimana struktur Muhammadiyah di tingkat bawah mengelola unit usaha di bidang ekonomi untuk menghidupi individu warga Muhammadiyah yang aktif di Persyarikatan.

Selain itu, Ismail menerangkan bahwa pelaku usaha sangat menekankan pada pendampingan dan perlindungan aspek hukum kepada semua elemen masyarakat, termasuk pelaku UMKM.

Dengan adanya perlindungan hukum, tentu keberpihakan terhadap ekonomi wong cilik atau UMKM sangat terasa.

Untuk mengimplementasikan perlindungan hukum untuk UMKM, diperlukan advokasi yang konkret. Di antaranya, pendampingan pelaku usaha, perizinan yang mudah, perkuatan permodalan, teknologi IT, dan infrastruktur akses pasar bagi produk UKM.

Ismail juga mengapresiasi Amal Usaha Muhammadiyah yang dimiliki UMC, selain potensial juga membawa dampak ekonomi bagi PTM di Kabupaten Cirebon ini.

Kesempatan yang sama, Rektor UMC, Arif Nurudin M.T mengucapkan terimakasih kepada PWM dan JSM atas dipilihnya UMC sebagai penyelenggara kegiatan ini.

Arif menilai potensi ekonomi di jabar, khususnya di Kabupaten Cirebon memiliki banyak potensi ekonomi kreatif (ekraf) maupun pariwisata. Bahkan bisa dikatakan masyarakat Kabupaten Cirebon memiliki DNA kreatifitas yang luar biasa. 

Beberapa potensi yang selama ini sudah dikenal seperti batik trusmi, serta kuliner seperti empal gentong hingga tahu gejrot merupakan sektor ekraf yang diharapkan bisa bangkit di tengah keterpurukan pariwisata akibat pandemi Covid-19. Sejumlah produk buatan Kabupaten Cirebon pun dikabarkan bisa bersaing di kalangan internasional.

Akhirnya, Arif berharap kegiatan Temu SJM ini  tak sekadar membangkitan nostalgia terhadap masa kebangkitan saudagar Muhammadiyah di awal berdirinya.

Bukan sekadar amanat Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar yang di-tanfidZkan dalam visi, yakni bangkitnya etos dan kreativitas ekonomi dalam menguatkan kemandirian Muhammadiyah sebagai wujud kontribusi persyarikatan bagi kebangkitan ekonomi umat dan bangsa. 

Namun, pertemuan ini momentum dari kesadaran baru bahwa saudagar Muhammadiyah harus bergerak dan berjamaah dalam membangun etos dan praksis ta'awun warga.