UMC Warnai 25 Tahun dengan Balutan Budaya

UMC rayakan Milad ke-25 dengan baju adat, menegaskan Muhammadiyah sejalan dengan budaya. Filosofi busana tradisional menjadi simbol harmoni, identitas, dan diplomasi kebudayaan.

UMC Warnai 25 Tahun dengan Balutan Budaya

UMCPRESS.ID - Suasana kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) pada Jumat, 26 September 2025, tampak berbeda dari biasanya. Dosen, tenaga kependidikan, hingga staf kompak mengenakan baju adat, menghadirkan nuansa kultural yang hangat.

Kabarnya, nuansa kultural ini adalah bagian dari perayaan Milad ke-25 UMC, yang bukan hanya menjadi momentum syukur, melainkan juga refleksi identitas budaya yang selaras dengan semangat Muhammadiyah.

Kepala Biro SDM UMC, Dr. Aiman Faiz, M.Pd., menegaskan bahwa pemakaian baju adat bukan sekadar seremonial, melainkan simbol penghormatan terhadap akar budaya bangsa. Menurutnya, pakaian tradisional seperti blangkon dan balutan kain khas Jawa Barat menyimpan makna filosofis mendalam.

Blangkon, misalnya, melambangkan keteguhan hati, ketenangan berpikir, dan kearifan dalam mengambil keputusan, sementara kain tradisional yang membalut tubuh menggambarkan kesederhanaan, kehormatan, dan kedekatan dengan nilai-nilai luhur.

“Budaya adalah diplomasi yang indah. Dengan kembali ke akar budaya, kita sejatinya menjaga jati diri sekaligus menyampaikan pesan universal tentang harmoni. Muhammadiyah, melalui perayaan ini, ingin menunjukkan bahwa gerakannya justru sejalan dengan upaya pelestarian budaya,” ujar Aiman.

Ia juga merujuk pada pernyataan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti, yang menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang dekat dengan tradisi. Baginya, kedekatan itu bukan berarti terjebak dalam romantisme masa lalu, melainkan menjadikan budaya sebagai landasan untuk bergerak maju.

“Muhammadiyah itu lengkap, mampu menjembatani nilai modernitas dengan akar tradisi. Inilah wajah Islam berkemajuan yang berpijak pada kearifan lokal,” tambahnya.

Momentum Milad ke-25 UMC dengan baju adat memperlihatkan bagaimana perguruan tinggi Muhammadiyah menanamkan nilai-nilai kebudayaan pada warganya. Tidak hanya mengedepankan akademik, UMC juga menanamkan kesadaran bahwa budaya merupakan kekuatan lunak (soft power) bangsa yang bisa menjadi modal diplomasi global. Kehadiran civitas akademika dalam balutan pakaian adat mencerminkan pesan moral: keberagaman adalah identitas, dan pelestarian budaya adalah bentuk syukur.

Selain itu, ekspresi kebudayaan melalui pakaian adat ini menjadi pengingat penting bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari akar budaya masyarakatnya. Universitas, sebagai kawah candradimuka generasi muda, memiliki tanggung jawab menanamkan penghargaan terhadap tradisi sekaligus membekali mahasiswa dengan pandangan modern. Keseimbangan antara budaya dan kemajuan inilah yang menjadi ciri khas Muhammadiyah.

UMC menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan wajah pendidikan yang tidak tercerabut dari akarnya. Perayaan Milad ini menjadi bukti bahwa Muhammadiyah tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada penguatan jati diri bangsa melalui budaya. Dengan demikian, UMC menunjukkan bahwa perjalanan 25 tahun bukan sekadar hitungan waktu, melainkan akumulasi nilai, identitas, dan visi kebangsaan.

Pada akhirnya, momentum ini mengajarkan bahwa baju adat bukan hanya busana, tetapi pesan moral dan filosofi kehidupan. Dalam balutan tradisi, Muhammadiyah menunjukkan langkah maju: memajukan budaya, menjaga harmoni, dan menghadirkan pendidikan yang berakar kuat pada nilai luhur bangsa.