SABAR: Terobosan UMC Perkuat Kesehatan Desa

Langkah nyata Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) kembali hadir lewat program pemberdayaan masyarakat. Tim peneliti UMC melatih kader PKK Desa Gegesik Wetan agar cerdas dan tepat menggunakan obat untuk anak, demi menciptakan desa sehat dan sejahtera.

SABAR: Terobosan UMC Perkuat Kesehatan Desa

UMCPRESS.ID - Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) mempertegas komitmennya untuk hadir langsung di tengah masyarakat melalui Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM).

Kali ini, tim peneliti yang diketuai Apt. Fitri Alfiani, S.Farm., M.KM, bersama anggota Ari Yulistianingsih, S.Gz., M.Gz., Ito Wardin, M.Kep., Ners, Alizha Gennie, dan Zahra Nabilah Vianto, menggandeng PKK Desa Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, dalam pelatihan “Implementasi SABAR (Sadar Obat Rasional)”.

Kegiatan yang berlangsung meriah itu menyasar 25 kader PKK yang sehari-hari menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di desa. Mereka dilatih mengenali cara penggunaan obat demam anak secara tepat, mulai dari obat oral, topikal, hingga rektal. Materi juga mencakup edukasi gizi saat anak demam agar pertolongan pertama di rumah lebih efektif dan aman.

Fitri Alfiani menegaskan bahwa pelatihan ini adalah wujud nyata aksi sosial kampus bagi masyarakat.

“UMC tidak hanya fokus pada pendidikan di kelas, tetapi juga menghadirkan solusi praktis bagi kebutuhan kesehatan di desa. Kami ingin kader PKK memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan agar mampu melayani masyarakat dengan baik,” ujarnya di Cirebon, Kamis (18/9).

Program SABAR muncul dari temuan lapangan bahwa mayoritas warga lebih dulu melakukan swamedikasi saat anak demam, sering kali tanpa memahami dosis dan cara pakai yang benar. Padahal, kesalahan penggunaan obat dapat menimbulkan risiko serius, mulai dari kerusakan hati hingga kejang pada anak.

Melalui pelatihan yang dikemas interaktif dengan simulasi dan demonstrasi, peserta dibimbing untuk memilih obat sesuai indikasi, menghitung dosis yang tepat, serta menentukan kapan harus merujuk ke tenaga medis.

Selain memperkuat layanan kesehatan desa, kegiatan ini juga mendorong kesetaraan gender. Kader PKK yang mayoritas perempuan diposisikan sebagai agen perubahan di bidang kesehatan keluarga.

“Mereka kini bukan hanya penyelenggara posyandu, tapi juga fasilitator cerdas dalam edukasi obat rasional. Ini selaras dengan misi SDGs dan Asta Cita untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari tingkat desa,” kata Ari Yulistianingsih.

Sementara itu, Ito Wardin menambahkan, keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari peningkatan pengetahuan, tetapi juga dari keterampilan yang diuji melalui performance test.

“Kami ingin memastikan peserta benar-benar mampu mempraktikkan pengetahuan yang didapat, sehingga mereka percaya diri memberi arahan kepada masyarakat,” ujarnya.

Rangkaian kegiatan meliputi pre-test, penyampaian materi dengan media audio-visual, simulasi menggunakan alat peraga, hingga post-test. Tim peneliti juga menyiapkan modul SABAR yang akan didaftarkan Hak Cipta, video dokumentasi, dan artikel ilmiah yang siap dipublikasikan di jurnal nasional. Langkah ini memperluas dampak program agar terus berkelanjutan.

Fitri Alfiani berharap pelatihan SABAR menjadi inspirasi kampus lain untuk menggarap isu kesehatan berbasis masyarakat.

“Membangun desa sehat harus dimulai dari keluarga yang sehat, dan keluarga sehat dimulai dari pengetahuan yang benar tentang obat,” pungkasnya.

Antusiasme peserta terlihat sepanjang acara. Dengan penuh semangat, mereka mempraktikkan cara pemberian obat sesuai instruksi tim.

Harapannya, Gegesik Wetan bisa menjadi contoh desa yang peduli terhadap penggunaan obat rasional, sehingga kualitas kesehatan anak meningkat dan tercipta generasi yang lebih tangguh.