Sambut Semester Genap Tahun 2021/2022, Rektor UMC Ajak Civitas Akademika Untuk Saling Peduli
UMCPRESS.ID - Mengawali perkuliahan semester genap tahun akademik 2021/2022, Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) menggelar pertemuan seluruh civitas akademika, baik dosen, tendik dan mahasiswa secara virtual pada Senin (14/3/2022).
Rektor UMC, Arif Nurudin M.T mengajak seluruh civitas akademika untuk saling peduli demi kemajuan bersama.
Menurut Arif, peduli adalah keberpihakan untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi disekitar. Orang-orang peduli adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka memberi inspirasi, perubahan, kebaikan kepada lingkungan di sekitarnya.
"Semoga kita semua menjadi orang-orang yang peduli dengan sesama, dengan Prodi dan UMC," pesan Arif yang tampak dihadiri pula oleh Nana Trisovelna M.T (Wakil Rektor 1 UMC) Dr. Badawi (Wakil Rektor II) dan Wiwi Hartati, S.Kom,. M.Si (Wakil Rektor III), Dekan, Kaprodi serta Pejabat Struktural lainnya.
Urgensi rasa peduli
Selanjutnya, Arif menilai kepedulian menjadi kunci sukses untuk menggapai masa depan. Sikap saling peduli dan tolong-menolong menjadi salah satu ciri khas seorang Muslim. Hal ini lantaran Allah secara langsung mengamanatkannya dalam dalil Alquran kepada seluruh umat manusia.
Misalnya, dalam Surat Al-Maidah ayat 2, Allah SWT berfirman:
"Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat."
Tak ayal, perintah tolong-menolong dalam agama ini kerap direpresentasikan dalam aksi kepedulian. Bahkan untuk menjadi seorang yang peduli di bidang pendidikan atau apapun, tidak perlu skill khusus.
"Pendidikan kepedulian itu tidak perlu skill khusus, tidak perlu pelatihan khusus yang diperlukan hanya rasa peduli bapak/ibu, baik sesama dosen, karyawan dan sesama mahasiswa. Alhamdulilla, sudah banyak yang kita lakukan dan juga perbaikan,"
Kisah Peduli Kyai Ahamd Dahlan
Arif pun bercerita soal kisah Kyai Ahmad Dahlan saat berdirinya Muhammadiyah kala itu.
Suatu siang di tahun 1921 Kyai Ahmad Dahlan memukul kentongan mengundang penduduk Kauman Jogjakarta ke rumahnya. Penduduk Kauman berduyun-duyun ke rumahnya. Setelah banyak orang berkumpul di rumahnya.
Singkat cerita, penduduk Kauman itu khususnya para juragan yg menjadi anggota kelompok pengajian Tharatul Qulub itu, kemudian berebut membeli barang-barang KHA Dahlan. Ada yg membeli jasnya, ada yg membeli sarungnya, ada yg membeli jamnya, almari, meja kursi dan sebagainya.
Dalam waktu singkat semua barang milik KH A Dahlan itu habis terlelang dan terkumpul uang lebih dari 4.000 gulden. Anehnya setelah selesai lelangan itu tidak ada seorang pun yg membawa barang2 KH A Dahlan. Mereka lalu sama pamit mau pulang. Tentu saja KHA Dahlan heran, mengapa mereka tidak mau membawa barang-barang yang sudah dilelang.
KHA Dahlan berseru, ”Saudara-saudara, silahkan barang-barang yg sudah sampeyan lelang itu saudara bawa pulang. Atau nanti saya antar?” Jawab mereka, “Tidak usah Kiai. Barang-barang itu biar disini saja, kami kembalikan pd kiai”.
“Lalu uang yang terkumpul ini bagaimana?” tanya KH A Dahlan. “Ya untuk Muhammadiyah. Kan Kiai tadi mengatakan Muhammadiyah perlu dana untuk menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolahnya?” kata salah seorang dari mereka.
Berkaca dari peristiwa diatas, Arif memandang kepedulian yang dimiliki Kyai Ahmad Dahlan saat itu berbuah manis saat ini.
"Muhammadiyah kini kemudian tumbuh dan berkembang pesat sebagai organisasi yang diimpikan oleh organisasi-organisasi yang lain, organisasi yang tertata dengan rapi, organisasi yang insya Allah adalah organisasi yang abadi sampai akhir zaman. Kita sama-sama bisa berdakwah di UMC seperti mengajar, meneliti dan melakukan pengabdian juga lain sebagainya adalah manifestasi dakwah yang perlu dijaga," pinta Arif.
Arif juga meminta mahasiswa UMC menelisik seperti apa Film Laskar pelangi, dari fasilitas yang sederhana tapi Para Laskar Pelangi menimba ilmu di sekolah yang sangat tidak layak, kegigihan untuk menimba ilmu dan mengubah sejarah hidup membuat mereka mampu bangkit dan membuktikan bahwa mereka bisa menjadi yang terbaik.
Dosen Fakultas Teknik ini mengimbau agar keluarga besar UMC tetap optimis menatap masa depan dan menjadikan setiap peristiwa masa lalu adalah hikmah yang perlu dimaknai sebagai sebuah pelajaran.
"Fokus kedepan dan benahi bersama.Pasti ada hikmah di balik peristiwa," ungkap Arif.
Tantangan masa depan, kata Arif, butuh kesiapan SDM yang unggul. Untuk itu, kurikulm Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dinilai sebagai solusi bagi mahasiswa dalam memenuhi tantangan sesuai kebutuhan dunia industri dan usaha.
Lebih lanjut, Arif juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak terutamayang terlibat di akreditasi Prodi D3 Teknik Informatika. Kemudian di Prodi Gizi dan ada 4 Prodi yaitu Pendidikan Bahasa Inggris, Matematika, PGSD dan Pendidikan Kimia.
"Mari kita sama-sama peduli akreditasi program studi kita Insyaallah menjadi ladang amal bapak-bapak dan ibu-ibu serta kesuksesan untuk kita semua," ucap Arif.
Apresiasi juga diberikan atas kepedulian Ibu-Ibu Dosen dan Tendik yang telah menyisihkan uang sebesar Rp. 2.500 perhari selama 20 hari per bulan untuk menjadi anggota Siti walidah.
"Ini adalah bentuk kepedulian kita untuk kemajuan Universitas Muhammadiyah Cirebon dengan tabungan Bapak Ibu setiap hari 2500 selama 20 hari," terang Arif.
Sebagai penutup, Rektor UMC mengimbau agar sesama Civitas Akademika UMC untuk membangun sinergi di awal semester ini dengan meningkatkan kepedulian bersama.
"Kita bangun semangat baru di awal semester ini dengan meningkatkan kepedulian kita," tutup Rektor UMC.