Milad IMM Ke-57, Prof Taruna : Bumikan Gagasan, Bangun Peradaban

Milad IMM Ke-57, Prof Taruna : Bumikan Gagasan, Bangun Peradaban

Milad IMM Ke-57, Prof Taruna : Bumikan Gagasan, Bangun Peradaban
Prof. Taruna Ikrar (Foto: UMCPRESS USA)

UMCPRESS.ID - Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di usianya yang menginjak ke-57, bukanlah usia yang muda lagi.  Apalagi di masa pandemi saat ini, IMM mampu melintasi jalanan terjal bernama pandemi yang memiliki nilai destruktif di berbagai sektor kehidupan.

"Selamat Milad untuk IMM yang ke 57, Membumikan Gagasan Membangun Peradaban. Tagline ini menjadi penanda bahwa IMM yang sangat terpelajar, senantiasa memberikan guidance pada masyarakat sehingga tidak hanya mengikuti kemajuan tetapi juga tetap mengikuti jalur syariah islam yang rahmatan lil Alamin," ucap Prof. Taruna Ikrar kepada umcpress.id, Kamis waktu Amerika Serikat (AS) (18/3/2021). 

Guru Besar di Pacific Health Sciences University (PHSU) AS mengatakan  dua dimensi tantangan yang perlu menjadi perhatian di momen milad ini.

Hilangnya esensi berproses

Taruna yang juga dokter spesialis ini menyebutkan, kehidupan di alam dunia modern yang serba canggih,  terdapat berbagai tantangan yang tidak ringan. Misalnya, pola hidup instan sudah menjamur dimana-mana, banyak sekali hal-hal yang sekarang sudah bisa dikurangi dan tidak terlalu banyak membutuhkan tenaga untuk mendapatkannya. 

Seseorang yang terbiasa berproses untuk mendapatkan sesuatu, perlahan kebiasaannya mulai terkikis dengan adanya pencampaian secara instan dan cepat akibat munculnya internet dan teknologi terbaru.

Buruknya gaya hidup instan kini kian menjadikan seseorang lupa akan esensi berproses. 

Aspek sosial semakin tereduksi

Orientasi yang fokus ke pekerjaan, karir, ataupun karena tuntutan hidup menghilangkan hakekat manusia sebagai makhluk sosial. 

Belum lagi kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga, telah merubah pola interaksi keluarga. Akses keterbukaan yang kian tak terbendung membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. 

Media sosial  telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. 

Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan gawainya. Mirisnya, banyak anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja.

Padahal, di balik sisi negatif  high-end technology yang sudah “mendarah daging” di dalam berbagai bidang kehidupan manusia.  Ada aspek manfaat yang juga memberikan kemudahan. Misalnya, pengiriman barang dapat dengan sangat cepat dan murah, seperti pesan makanan, pesan kendaraan dan seterusnya. 

Momen Milad IMM, kata Prof Taruna, seyogyanya memberikan semangat lebih untuk bisa menjadi uswah (panutan), seraya memberi  guidance  yang berkemajuan dalam semua kancah perjuangan.

Maka kemudian tetap orbit dan eksis dalam rangka mewujudkan gerakan akademisi islam yang berahklak mulai dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. 

"Kader IMM harus cerdas dalam menghadapi dinamika sosial politik terkini, jangan sampai terbawa arus polarisasi politik melainkan harus tetap objektif dan rasional dalam bersikap dan bertindak," pungkas Prof Taruna yang juga Peneliti Otak berupatsi dunia di PHSU AS.

Sekilas tentang Prof Taruna Ikrar, Ilmuan Indonesia yang mendunia

Taruna Ikrar lahir di Makasar, 15 April 1969 dari pasangan (Alm) Abubakar dan Hasnah Lawani. Anak ke 5 dari 10 bersaudara ini menyelesaikan pendidikan dokternya (dr) di Universitas Hasanuddin, Makassar (1997). Pendidikan Master Farmakologi (M.Pharm.) diselesaikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta pada tahun 2003.

PhD (Philosophy of Doctor) dengan keahlian ilmu penyakit jantung (cardiology) diraih di School of Medicine, Niigata University, Japan, pada tahun 2008, dan menyelesaikan Postdoctoral Scholar di Departmental of Neurosciences, University of California, USA (2010). Sejak Desember 2010 diangkat sebagai staf akademik, scientist (ilmuwan), dan dokter spesialis di di PHSU AS.

Taruna juga berperan aktif di Society of Neurosciences, Center for Interregional Study, Asia Pacific Heart Rhythm Association, International Society for Heart Research. Dia adalah penulis  dan kolumnis handal. Bukunya berjudul “Ilmu Neurosains Modern, dan Mutiara Pengetahuan Kedokteran Modern” berhasil “mengguncang” Amerika Serikat dan Indonesia.

Dokter yang multitalenta dan multitasking ini pakar bereputasi internasional di bidang farmasi, jantung, neurosains, elektrofisiologi. Dialah dokter pertama dari Indonesia yang sukses menerbitkan karya ilmiahnya di Jurnal Nature, bersama Kuhlman SJ, Olivas ND, Tring E, Xu X, dan Trachtenberg JT berjudul “A disinhibitory microcircuit initiates critical period plasticity in visual cortex” (2013).

Berkat prestasinya dan “mahakarya”nya di Jurnal Nature (tempat para peraih Nobel mempublikasikan karyanya), paten pemetaan fungsi otak, keterlibatan di proyek otak virtual yang disponsori oleh pemerintah USA, tulisannya yang dimuat berbagai media massa cetak nasional dan internasional.

Prof Taruna terpilih menjadi satu dari sepuluh tokoh yang menghiasi rubrik Liputan Khusus: Tokoh Penemu bertajuk “Mereka yang Tak Mengutuk Gelap”, Tempo 19 Agustus 2012. Satu dari enam tokoh “Pengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan” versi Koran SINDO, diberitakan pada tanggal 21 Juni 2015 di halaman 8-9, dan pada tahun 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, menganugrahkan “Akil Award” kepada Dr. Ikrar, atas prestasi tertingginya di bidang pengembangan ilmu kedokteran.

Profil hidup dan kisah suksesnya pernah pula dimuat di majalah kedokteran bergengsi tingkat nasional, Cermin Dunia Kedokteran 198 Volume 39 Nomor 10 Tahun 2012 di halaman 785 – 787 bertajuk “dr. Taruna Ikrar, MD., MPharm., PhD.: Ilmuwan Penemu Mekanisme Terapi Epilepsi”. Media online, netsains, juga pernah mewawancarainya pada tanggal 14-15 Maret 2012 bertajuk “Taruna Ikrar: Menemukan Allah Melalui Sains dan Riset”. Media Indonesia, 18 Februari 2016, bertajuk “Mimpi Jadi Penerus Bapak Kedokteran Dunia”, dan Majalah Gatra, dengan judul “Obsesi Fisiologi Kedokteran”.

Wakil Presiden I4 atau Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (International Indonesian Scholars Association), periode 2011-2015 ini mengemukakan rahasia suksesnya. Dalam hidup ini dibutuhkan tiga hal, yaitu: cita-cita hidup, tujuan hidup, dan pegangan hidup. Untuk menggapai semua itu, diperlukan pegangan hidup (agama) untuk mengantarkan kebahagiaan hidup di dunia-akhirat.