Indonesia Butuh Read Aloud, Ini Kata Pakar

Indonesia Butuh Read Aloud, Ini Kata Pakar

Indonesia Butuh Read Aloud, Ini Kata Pakar
Founder Reading Bugs, Roosie Setiawan (Foto: Istimewa)

UMCPRESS.ID - Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Cirebon (PBI - UMC) bersama Cirebon Read Aloud Community berhasil mengadakan Training of Trainer (TOT) Read Aloud sesi kedua melalui virtual zoom meeting pada Ahad (14/3/2021).

Dila Charisma, Kaprodi PBI – UMC, memandu acara dengan memotivasi peserta yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia untuk membacakan nyaring 10-15 menit setiap hari. 

Untuk di ketahui, kegiatan TOT Read Aloud sesi pertama sudah dimulai pada Ahad lalu (7/3/2021).

Untuk sesi kedua ini, Pembicara TOT Read Aloud, Roosie Setiawan selaku Founder Reading Bugs, memaparkan bagaimana kegiatan Read Aloud dapat memberikan manfaat dilihat dari sisi neurologis, pendidikan, psikologis, dan sosiologis anak.

Roosie menegaskan bahwa Indonesia sangat membutuhkan Read Aloud. 

"Mengapa Indonesia membutuhkan Read Aloud? karena Read Aloud bisa menjadi salah satu metode yang membuat anak mau dan senang membaca" tutur Roosie. 

Selanjutnya, Roosie mengutip beberapa penelitian yang dilakukan oleh Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD), dimana menunjukkan bahwa anak-anak yang ‘Reading Score’-nya tinggi memiliki kemiripan yakni dibacakan buku sejak kecil baik oleh orangtuanya dirumah maupun guru di ruang kelasnya.  

Roosie meyakini bahwa dua aktor ini memiliki peran yang sangat penting untuk menanamkan pengalaman membaca yang menyenangkan kepada anak, sehingga anak-anak mau dan senang membaca. 

Ada sekitar 516 kota dan kabupaten di Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan, salah satunya dengan menggemakan gerakan literasi diberbagai daerah yang akan membuat anak-anak mengasosiasikan kegiatan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan.

Roosie menyatakan bahwa “Indonesia membutuhkan pemateri-pemateri membacakan "nyaring”, dan ia bermimpi bahwa “di setiap kota dan kabupaten di seluruh Indonesia, ada orang-orang yang ‘passionate’ dengan Read Aloud, sehingga mau berbagi pengalaman, mengenalkan manfaat Read Aloud.”

Dalam ulasannya, Roosie melihat dari sisi neurologis, membacakan nyaring kepada anak sedari dini mampu merangsang sel-sel otak/neuron anak. 

Saat lahir, seorang bayi memiliki 200 miliar sel otak/neuron aktif yang siap berkembang hingga 20.000 dendrit/cabang yang berbeda dan siap menyimpan informasi dari stimulasi atau rangsangan yang didapatnya selama masa perkembangannya.

Untuk kesuksesan pendidikan seorang anak, Roosie menekankan bahwa membacakan nyaring sangat baik untuk memperkenalkan anak-anak tentang nilai-nilai kehidupan, ilmu pengetahuan, dan pengalaman memecahkan solusi dari karakter atau cerita yang dibaca. 

Buku-buku yang dibacakan nyaring kepada anak mampu mengembangkan ‘prior knowledge’ anak, sehingga anak mampu mengaitkan antara satu ilmu dengan bidang ilmu lainnya, serta satu pengalaman dengan pengalaman lainnya. 

Selain itu, kemampuan berfikir kritis anak dapat dikembangkan melalui diskusi-diskusi yang dilakukan saat membacakan  nyaring. Kemampuan literasi abad 21 inilah yang diharapkan menjadi dasar anak-anak siap menghadapi perkembangan zaman.

Roosie menambahkan bahwa dari sisi psikologis dan sosiologis, membacakan nyaring mampu menguatkan bonding antara orangtua dan anak atau guru dan siswa. 

Anak yang dibacakan nyaring berbagai genre buku secara konsisten akan memiliki kemampuan sosial yang baik, serta menumbuhkan sikap simpati, empati, solutif, kontributif, dan tenggang rasa.

Pada kesempatan yang sama, Vanny Handayani yang juga Founder Cirebon Read Aloud Community mengungkapkan bahwa dengan manfaat Read Aloud yang akan dirasakan pada jangka pendek dan jangka panjang tersebut, tidaklah heran jika Indonesia sangat membutuhkan Read Aloud. 

Meski berada pada urutan ke-60 dari 61 negara dalam bidang literasi, Indonesia harus optimis menjadi negara yang maju literasinya, literat generasinya, dan siap menyongsong masa depan emas gemilang. 

"Kita jadikan membacakan nyaring menjadi salah satu solusi bagi keluarga dan institusi pendidikan di Indonesia," pungkas Read Aloud Activist yang juga Dosen PBI UMC seraya mengucapkan #Salam Literasi. 

Kontributor: Vanny Handayani