Dekan FISIP: UMC Jadi Sarana Menimba Ilmu Juga Membangun Persaudaraan

Dekan FISIP: UMC Jadi Sarana Menimba Ilmu Juga Membangun Persaudaraan

Dekan FISIP: UMC Jadi Sarana Menimba Ilmu Juga Membangun Persaudaraan
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UMC, Ahmad Yusron (Foto:FISIP UMC)

UMCPRESS.ID -

Pandemi yang belum mereda, seyogyanya tidak mengurangi semangat tekad untuk berkemajuan. Begitupun dengan Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) yang memiliki komitmen tinggi untuk mencerdaskan anak bangsa. Diharapkan, UMC juga tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu, tapi juga sarana membangun kekeluargaan dan persaudaraan. 

Hal ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) UMC, Ahmad Yusron kepada 32 peserta yudisium Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi yang dilaksanakan secara blended (gabungan offline dan virtual),  Sabtu (20/3/2021)

"Dengan semangat berkemuhammadiyaan, anda dihimpun di pusat peradaban ilmu yang menghimpun  berbagai gagasan dan inspirasi yang akan mewarnai dan menentukan arah perjalanan bangsa.," ucap Dekan FISIP yang juga dihadiri oleh dosen Prodi Ilmu Komunikasi.

Yusron mengaku bangga atas capaian yang telah diraih para peserta yudisium. Bahkan, ada yang meraih IPK, 3,73. Tapi, kata Yusron,  perolehan nilai tertinggi harus juga dibarengi dengan akhlak yang gemilang.

Yusron juga mengimbau, inilah momen tepat untuk mengangkat harkat martabat kedua orang tua, yang selama ini dengan penuh deraian air mata, memimpikan kesuksesan anak-anaknya. 

"Ayah dan Ibu kita di rumah sangat bangga. Kadang, mereka bercerita ke tetangga bahwa anaknya saat ini sudah sarjana. Hari ini, anda telah mewujudkan mimpi kedua orang tua," ucap Yusron yang tampak berkaca kaca.

Kesuksesan tidak terjadi begitu saja, kesuksesan perlu kerja keras dan perjuangan.

"Orang-orang yang sudah bekerja keras dan sudah berjuang menghantarkan anda sudah seperti ini bukan orang lain tapi kedua orang tua anda. Kita harus menjadi hidayah bagi kedua orang tua," pesan Yusron.

Namun, yang membedakan kuliah dan tidak, bukan terletak pada panjangnya gelar sarjana tapi pada akhlak juga karya. 

Negeri ini membutuhkan para aktor yang mampu  membuktikan contoh dari nilai orang terdidik, bukan sebaliknya.

Ilmu yang didapatkan menurut Yusron, tidak akan berarti apa-apa manakala ilmu tersebut tidak digunakan sebagai solusi menghadapi permasalahan. Yang dituntut oleh publik bukan hanya nilai IPK yang tinggi, gelar, jabatan, materi  tapi kehadiran seorang yang terdidik untuk menghadirkan solusi.

Guna menghasilkan solusi yang diinginkan, seorang yang berilmu  juga disertai dengan sikap yang baik dan hati yang bersih. 

Hati bagaikan raja yang menggerakkan tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatannya, jika hati tersebut adalah hati yang baik maka seluruh tubuhnya akan tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang baik.

Adapun jika hatinya adalah hati yang buruk maka tentunya juga akan membawa tubuh melakukan hal-hal yang buruk. Hati adalah perkara utama untuk memperbaiki manusia, jika seseorang ingin memperbaiki dirinya maka hendaklah Ia memperbaiki dahulu hatinya.

"Perbaiki hati, daripada hanya bisa memberikan kritik, seolah paling kompeten karena yang dibutuhkan masyarakat itu bukti dari skill kompeten. Stop bertepuk dada paling kompeten, jika tidak disertai dengan bukti nyata berupa karya. orang semacam ini, akan tergerus oleh waktu," kata Yusron.

Diakhir sambutannya, Yusron kembali mengajak untuk senantiasa menjaga nama baik UMC. Bagaimanapun, kampus ini telah membentangkan sebuah masa depan yang cerah dengan memberikan ilmu yang seluas-luasnya dan keterampilan yang sekuat-kuatnya.

"Dunia yang ditempati saat ini dihadapkan dengan sebuah tantangan dan perjuangan. Jaga nama baik UMC yang didalamnya ada nama dosen dan seluruh civitas akademika, disinilah kita ditempa dan dibina. Dimanapun Anda berada, jangan lupakan FISIP UMC, wabil khusus Prodi Ilkom," tutup Yusron, seraya berdoa agar segalanya kembali menjadi normal seperti sedia kala.