Menerobos Langit Pemikiran: Rocky Gerung dan Tausyiah Logika di FEB UMC
UMCPRESS.ID - Di penghujung November 2024, Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) menjadi saksi sebuah pertemuan yang menggugah pemikiran, ketika Rocky Gerung, akademisi dan filsuf yang terkenal dengan julukan "Presiden Akal Sehat," memberikan tausyiah dialektika berfikir kritis kepada civitas Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Hajatan akademis yang diprakarsai oleh Himpunan Mahasiswa Akutansi FEB UMC di Aula Masjid Raya UMC Kampus 2 dipenuhi semangat intelektual, seakan menyatu dengan ajaran-ajaran filosofis yang disampaikan oleh Rocky Gerung, yang menggugah kesadaran mahasiswa tentang pentingnya kompetensi berlogika di abad ke-21 pada Sabtu (30/11).
Hadir sejumlah pejabat kampus seperti Wakil Rektor 2 UMC, Dr. Badawi, Dekan FEB UMC, Dr. Asep Gunawan, Wakil Dekan FEB UMC, Ali Jufri, S.E., M.M, Kaprodi Akutansi FEB UMC Taufik azis , M.Si. AK.CA, Kaprodi Manajemen FEB UMC Puspa Dewi Yulianti, MM, Dosen FEB UMC dan seluruh Mahasiswa dari Prodi Akutansi dan Manajemen.
Rocky menegaskan bahwa dunia saat ini membutuhkan manusia-manusia yang mampu berpikir kritis dan berdedikasi pada kejujuran intelektual. Abad ke-21, menurutnya, bukan lagi hanya soal kemampuan teknis atau keterampilan dalam menguasai angka, melainkan tentang kemampuan untuk berpikir logis dan mengambil keputusan yang berdampak nyata bagi masyarakat.
Bagi mahasiswa akuntansi, penguasaan logika bukan sekadar pelajaran teoritis, tetapi sebuah kewajiban moral yang akan membawa mereka untuk bertindak dengan integritas di dunia profesional.
Perkuliahan yang berbasis logika, ujar Rocky, memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk karakter akademik mahasiswa. Pendidikan yang menggali potensi berfikir kritis dan mengasah kejujuran berpikir merupakan fondasi yang akan melahirkan lulusan yang tidak hanya cakap dalam bidangnya, namun juga memiliki integritas dan tanggung jawab moral.
Menurutnya, seorang sarjana akuntansi bukan hanya sekadar pencatat angka dan pemasang tarif, tetapi juga seorang pemegang amanah yang harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam setiap keputusan yang diambil.
Rocky juga menekankan pentingnya budaya membaca dalam dunia akademik. Namun, ia tidak hanya mengajak mahasiswa untuk terus menerus membaca, tetapi juga untuk membumikan apa yang telah mereka baca. Pengetahuan yang didapatkan dari buku, artikel, atau teori-teori harus mampu diterjemahkan dalam bentuk tindakan yang relevan dan implementatif dalam kehidupan nyata.
"Jangan hanya membaca, Tapi jadikanlah apa yang kalian baca sebagai alat untuk merubah dunia."
Lebih lanjut, Rocky mengungkapkan bahwa filsafat ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan mahasiswa untuk melihat ekonomi bukan hanya sebagai angka-angka yang dingin, tetapi juga sebagai ruang yang penuh makna manusiawi.
Ekonomi harus dapat dilihat dalam perspektif kemanusiaan, di mana nilai-nilai moral dan etika tidak hanya menjadi tambahan, tetapi menjadi inti dari setiap kebijakan yang diambil. Hal ini, menurutnya, sangat penting bagi lulusan akuntansi yang akan berperan dalam perekonomian global.
Dalam kesempatan itu, Rocky juga menyinggung peran kampus sebagai institusi pendidikan yang sejatinya bukanlah kerajaan yang mengurung pemikirannya, melainkan mimbar akademis tempat di mana gagasan bisa dipertengkarkan, diuji, dan diperdebatkan dengan semangat pencarian kebenaran.
"Kampus adalah tempat berkumpulnya manusia-manusia yang tidak takut untuk mengadu argumentasi, bukan sentimen. Di sinilah lahirnya pemimpin masa depan, bukan buruh yang hanya tunduk pada perintah," tegasnya.
Rocky juga mengingatkan kepada para dosen agar tidak hanya mengandalkan bacaan semata dalam proses pengajaran. Dosen, menurutnya, harus menjadi contoh dan teladan bagi mahasiswanya.
"Jadilah contoh kejujuran, jaga integritas," pesan Rocky.
Dalam setiap kata yang diucapkannya, Rocky mengajak seluruh civitas akademika, khususnya dosen untuk tidak hanya mendidik mahasiswa untuk menguasai ilmu, tetapi juga untuk membentuk karakter moral yang akan membawa dampak positif bagi kemanusiaan. Sebuah panggilan untuk melahirkan pemimpin masa depan yang berpikir jernih, bijaksana, dan penuh integritas.
Ia mengingatkan bahwa seorang sarjana, khususnya dalam bidang akuntansi, haruslah mampu melahirkan pemikir-pemikir yang jujur dan bertanggung jawab, bukan calon-calon koruptor yang hanya mengejar keuntungan pribadi.
Rocky kemudian meneropong lebih jauh soal FEB UMC, tampaknya disinilah ladang subur bagi mereka yang mengutamakan logika sebagai lentera penuntun, yang menuntun setiap perdebatan menjadi sebuah karya intelektual yang kaya makna. Mereka yang berpijak pada logika bukan hanya sekadar berpikir, tetapi menggali setiap sudut kebenaran dengan cermat, mencipta dialog yang menggugah nurani, menyinari jalan menuju pemahaman yang lebih dalam dan lebih luas.
" Mereka yang memutuskan kuliah dan ngajar di FEB adalah pemikir yang menjadikan logika sebagai lentera penuntun, yang menuntun setiap perdebatan menjadi sebuah karya intelektual yang kaya makna. Jarang ada yang suka para kritikus yang membebaskan pemikiran feodal, Jika tidak berlogika, jangan masuk FEB UMC," ujar Rocky dengan penuh canda.
Keberagaman yang terjalin di FEB UMC bukanlah cacat yang memecah, melainkan harmoni yang memperkaya. Dalam semangat dialektika, setiap perbedaan adalah bagian dari mozaik yang membentuk persatuan yang sejati. Sebagaimana aliran sungai yang menyatu dari berbagai hulu, perbedaan pikiran di sini mengalir dengan elegan, menghasilkan sinergi yang menguatkan.
Di kampus ini, perdebatan bukanlah medan pertempuran, melainkan ladang subur untuk menumbuhkan ide-ide yang memperkaya kebersamaan, merajut persatuan dalam kebebasan berpikir.
"Saya anggap kampus itu adalah sumber pertukaran pikiran. Pikiran hanya disebut pikiran kalau dia bisa dipertengkarkan, jadi saya katakan, saya berpikir kalau ada orang yang menggugat pikiran saya dan saya larang orang itu menggugat pikiran saya, itu artinya saya tidak berpikir tapi sedang berdoa. Logika memiliki fungsi untuk mengganggu kebenaran yang dianggap final dan mempertanyakan ulang asumsi-asumsi pengetahuan.” Lanjutnya
Terakhir,Rocky Gerung menutup tausyiahnya dengan sebuah seruan yang penuh semangat "Kampus harus melahirkan pemikir yang merdeka, bukan budak angka yang hanya mementingkan keuntungan materi."